Melihat perkembangan yang ada, maka pada bulan November 1932 dibentuklah Panitia Gereja, terdiri dari Kwee Tiang Hoe, Ong An Kok, Siauw Ing Tjan, Tan Sien Liong dan The Tjiauw Bian, dimana pada 27 Oktober 1933, lahirlah Gereja Sangkrah, dengan diteguhkan Majelis pertama oleh De Gereformeerde Kerk te Soerakarta.
Pemeliharaa Allah semakin nyata dalam kehidupan Gereja Sangkrah, sehingga tanggal 7 Juni 1939, Majelis Gereja membeli sebidang tanah seluas 558 m² di Sangkrah, Kelurahan Kedunglumbu, Surakarta.
Sebidang tanah ini, akhirnya dibangun gedung gereja, dimana peletakan batu pertama dilaksanakan pada 15 Agustus 1939 oleh Yo Kiem Hok.
Berkat kemurahan Tuhan, pada 22 Desember 1939, gedung gereja sudah dapat dipergunakan sebagai tempat ibadah, namun di tahun 1942, pecah perang Pasifik, tentara Jepang datang menyerbu Indonesia yang dikuasai Belanda, termasuk menyerbu kota Bengawan.
Tentara Belanda mundur dengan membumi hanguskan instansi milik pemerintah, hingga kerusuhan massa terjadi di mana-mana, tak terkecuali gedung Gereja Sangkrah.
Editor : Bramantyo
Artikel Terkait