Tahun berikutnya, 1953 Monsigneur Albertus Soegijopranoto, SJ datang ke Kota Solo untuk memberkati empat frater menjadi imam atau Romo yang dijamu Walikota Solo.
Kebahagiaan ini diikuti dengan perkembangan luar biasa dengan banyaknya warga Solo yang menjadi penganut Katolik, ditandai jumlah baptisan yang mencolok di tahun 1954, meliputi 435 orang, 106 bayi, serta baptisan siswa dari sekolah Yayasan Katolik seperti Kanisius, Marsudirini, dan Pangudi Luhur.
Selama tahun 1954 telah dipermandikan sekitar 608 orang, sehingga tidak heran bila saat misa malam Natal 1956 yang diselenggarakan di Balikota, undangan 2.000 kartu tidak mencukupi.
Sementara tahun 1957, Kanjeng Adipati Mangkunegoro VIII menyediakan Pendopo Agung untuk perayaan Natal, dimana Mgr. Soegijopranoto, SJ Uskup Agung Semarang berkenan memimpin Misa Natal di Pendopo Mangkunegaran.
Suasana religius di pendopo agung ini memberi inspirasi bagi Romo J. Darmoyuwono untuk membangun gereja baru bercorak Jawa Paroki Purbayan, mencatat jumlah umat sekitar 3000 orang berbentuk Joglo, yakni Gereja Santa Perawan Maria Regina Purbowardayan.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca, dan nantikan selalu tulisan-tulisan lain hanya di iNewsbadung.id. ***
Editor : Asarela Astrid
Artikel Terkait