Biaya pembangunan berasal dari bantuan warga Kristen Jawa, Belanda, Tionghoa serta pinjaman kas Zending.
Pada 1920 gedung gereja selesai dibangun dan resmi dipakai sebagai tempat ibadah, dan tahun 1952 gedung gereja diperluas dengan penambahan sayap kanan dan sayap kiri, karena semakin besarnya jumlah jemaat yang beribadah.
Keberhasilan strategi PI H.A. Van Andel menyebabkan wilayah pelayanan GKJ Margoyudan menjadi sangat luas, sehingga tahun 1929 diadakan pembagian pelayanan.
GKJ Margoyudan bertanggungjawab atas pelayanan daerah utara dan timur, GKJ Danukusuman sekarang menjadi GKJ Jayadiningratan, pelayanan di selatan, dan GKJ Tumenggungan, sekarang GKJ Manahan diberikan tanggungjawab ke barat.
Dari hasil pembagian wilayah tersebut, GKJ Margoyudan memiliki banyak pepanthan yang sedikit demi sedikit dapat mulai di dewasakan, yakni GKJ Nusukan (1969), GKJ Gandekan Solo Timur (1974), GKJ Bibis Luhur (1981), GKJ Dagen Palur (1984), GKJ Imanuel (1996), GKJ Jebres (2002) dan GKJ Petoran (2012).
Hingga sekarang ini GKJ Margoyudan dilayani beberapa pendeta yakni Pdt. Tanto Kristiono, S.Th, M.Min., Pdt. Nike Lukitasari Ariwidodo, S.Th, dan Pdt. Dr. Wahyu Nugroho, S.Mi., MA.
Semoga tulisan sejarah GKJ Margoyudan Surakarta, jejak Pekabaran Injil (PI) Belanda di Indonesia ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Nantikan selalu tulisan lain hanya di iNewsbadung.id dan silahkan share tulisan ini. ***
Editor : Bramantyo
Artikel Terkait