Saat itu, jumlah warga yang hadir ada 20 orang, jumlah yang sangat berarti mengingat kondisi Surakarta saat itu sangat tertutup untuk PI.
Untuk membantu pemeliharaan rohani kelompok kecil di Solo, Dr. J.G. Scheurer mengutus kelompok Yogyakarta, yang sudah lebih dahulu menerima PI.
Moesa Djajasentana dan Darijoen datang dari Yogyakarta, untuk berkhotbah di Ngemplak dan menjual buku-buku Kristen.
Sedangkan Pendeta Zwaan, utusan Jemaat Kristen Amsterdam untuk Yogyakarta mulai datang secara rutin untuk pemeliharaan rohani.
Di tahun 1909, Pdt. Bakker yang menjadi pengganti Pdt. Zwaan memperkenalkan cara baru dalam PI, dengan mulai membuka Sekolah di Margoyudan, sekarang SD Kristen Banjarsari.
Cara ini dilakukan karena pertimbangan di Surakarta telah banyak keluarga Kristen, sehingga anak-anak orang Kristen perlu mendapatkan pendidikan demi perkembangan iman.
Editor : Bramantyo
Artikel Terkait