get app
inews
Aa Read Next : Seduhan Kopi Premium Kualitas Ekspor dengan Harga Terjangkau di CW Coffee Malang

Candi Jago, Nafas Hindu dan Budha dalam Satu Candi Raja Kertanegara Singasari

Kamis, 20 April 2023 | 21:53 WIB
header img
Inilah Candi Jago, Nafas Hindu dan Budha dalam Satu Candi Raja Kertanegara Singasari. Foto : BPCB Jatim

MALANG, iNewsbadung.id - Candi Jajaghu atau yang lebih terkenal dengan nama Candi Jago, adalah sebuah bangunan pemujaan yang luar biasa, dibangun pada masa Raja Kertanegara, raja terbesar kerajaan Singasari. 

Candi Jago menjadi bangunan luar biasa, karena dalam satu bagunan suci ini memanifestasikan dua nafas keagamaan yang dianut sebagian besar masyakat di masa kejayaan Singasari, yaitu Hindu dan Buddha.

Seperti dilansir iNewsbadung.id dari Buku Seri Fakta Dan Rahasia Dibalik Candi : Masa Praajapahit, Candi Jago dibangun Raja Kertanegara untuk mengenang dan menghormati ayahnya, Raja Ranggawuni (Jaya Wisnuwardhana). Dalam Negarakertagama pupuh 41 diperoleh gambaran bahwa leluhur Kertanegara, Raja Wisnuwardhana adalah penganut agama Siwa Buddha, yaitu aliran keagamaan perpaduan Hindu dan Buddha.

Dari agama yang dianut leluhurnya inilah, Kertanegara membangun Candi Jago yang mencerminkan perpaduan dua agama. Pada Candi Jago ditemukan adanya nafas Hindu dan Buddha. Atas perintah Raja Kertanegara, bangunan suci Candi Jago didirikan untuk sarana beribadah dan pemujaan bagi kedua agama besar yang berkembang di Kerajaan Singasari saat itu.

Bentuk bangunan Candi Jago sebenarnya tidak hanya menyiratkan adanya nafas Hindu-Buddha tetapi juga kepada konsep pemujaan nenek moyang. Hal ini tampak dari bentuk bangunan Candi Jago yang bentuknya Punden Berundak, bentuk bangunan  suci masa pra sejarah. Hal ini mengingatkan penghormatan Raja Kertanegara kepada leluhurnya (Raja Ranggawuni). 

Sementara nafas Hindu Buddha pada Candi Jago tercermin dari arca-arca dan reliefnya. Walaupun Candi Jago bernafaskan Budha, tetapi reliefnya tidak hanya diambil dari cerita agama Buddha, tetapi juga dari ajaran Hindu. Relief yang bersifat Buddha adalah relief Tantri (cerita binatang) dan juga relief Kunjarakarna. Sedangkan relief Hindu diambil dari cerita Parthayana,  Arjunawiwaha dan Kresnayana. 

Arca-arca pada Candi Jago sebagian berada di Museum Pusat Jakarta dan sebagian lagi berada di British Museum London. Pada candi induk dahulu terdapat arca Amoghapasa yang dikelilingi para pengikutnya, yaitu Bhrakuti, Sudhanakumara, dan Syamantara. Para ahli berpendapat bahwa arca Amoghapasa ini adalah arca perwujudan dari Raja Jaya Wisnuwardhana.

Candi Jago terletak di Dusun Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, tepatnya 22 km ke arah timur dari Kota Malang. Karena letaknya di Desa Tumpang, candi ini sering juga disebut Candi Tumpang. Penduduk setempat menyebutnya Cungkup. Menurut kitab Negarakertagama dan Pararaton, nama candi ini yang sebenarnya adalah Jajaghu.

Editor : Asarela Astrid

Follow Berita iNews Badung di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut