Demi kebebasan Sang Ibu, Garuda menyanggupi dan terbang ke tempat para dewa, namun tentu saja para dewa tak bisa melepaskan “Tirta Amerta”, sehingga perang tak terhindarkan, bagi Garuda lebih baik mati bila pulang tanpa membawa hasil.
Dewa Wisnu berhasil meredakan kemarahan Garuda, karena Dewa Wisnu berjanji memberikan air Amerta dengan syarat Garuda mau menjadi wahana Wisnu (tunggangannya).
Demi Sang Ibu, Garuda menerimanya dan berbekal air kehidupan abadi Tirta Amerta, Garuda segera melesat terbang menjumpai Dewi Kadru dan anaknya para naga.
Penebusan Sang Ibu dengan Tirta Amerta pun terjadi, namun sebelum melesat pergi, Garuda memberikan pesan Dewa Wisnu kepada para naga.
Untuk bisa hidup abadi, sebelum minum air dewa itu, para naga harus membersihkan dahulu (sesuci), tetapi rupanya 1000 naga ingin hidup abadi semuanya, sehinga mereka berebut dahulu terjun ke samudera untuk membersihkan diri.
Para naga melupakan guci berisi Tirta Amerta dan tergeletak di tengah ilalang, sehingga saat para naga lengah, Dewa Wisnu mengambil air kehidupan itu lagi.
Betapa marahnya para naga ketika guci Tirta Amerta sudah tidak ada, namun para naga mengira air Tirta Amerta itu tumpah di rumput ilalang, bahkan dengan rakus mereka menjilati ilalang hingga membelah lidahnya.
Editor : Asarela Astrid