MALANG,iNewsbadung.id - Nama Gunung Kawi tentu tak begitu asing terdengar di telinga. Gunung Kawi yang terletak di antara dua kabupaten, yaitu Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang ini termasuk gunung tidak aktif.
Banyak mitos yang dipercaya sebagaian masyarakat tentang Gunung Lawi. Salah satunya sebagai tempat pesugihan atau mencari kekayaan dengan cara instan. Spot paling banyak dikunjungi peziarah adalah Pasarean atau pemakaman yang dikeramatkan.
Pendopo Gunung Kawi
Dalam perjuangannya melawan Belanda kala itu Pangeran Diponegoro dibantu oleh Kiai Zakaria II alias Eyang Jugo, pria keturunan Tionghoa juga kerabat dari Keraton Kertosuro.
Tertangkapnya Pangeran Diponegoro membuat Eyang Jugo lantas mengembara hingga tiba di Kesamben, Blitar. Masa itu ada sebuah wabah penyakit di desa tersebut, dengan kemampuan Eyang Jugo menyembuhkan penyakit ia kemudian dizinkan untuk tinggal hingga diberi satu lahan sawah yang kemudian ia gunakan untuk mendirikan padepokan sebagai sebuah jalan dakwah.
Klenteng Gunung Kawi (Foto:Tangkapan Layar Youtube)
Masa Eyang Jugo tinggal di Kesamben, seorang teman akrabnya bernama Iman Soedjono sebelumnya ia merupakan salah satu putra Kanjeng Sinuhun Hamengku Buwono I yang memilih lengser keprabon akibat perjuangannya melawan penjajah Belanda. Iman Soedjon ikut menyusulnya dan tinggal di padepokan tersebut.
Di akhir menjelang meninggalnya Eyang Jugo, meminta untuk dimakamkan ke Wonosari, Kabupaten Malang, tenpat pesarean saat ini. Tak lama setelah kematian Eyang Jugo, Iman Soedjono juga meninggal dan dimakamkan di komplek yang sama.
Makam atau dalam bahasa jawanya pesarean itu lantas menjadi jujukan ziarah dan dikenal dengan Pesarean Gunung Kawi karena berada di lereng Gunung Kawi.
Editor : Dian Burhani