Karena itulah keris-keris dengan pamor seperti ini kerap menjadi buruan para kolektor.
Tak hanya keunikan bentuk pamornya yang membuat keris pamor tiban dipandang sangat istimewa. Namun lebih dari itu, keris pamor tiban dipandang sebagai buah karya Tuhan melalui tangan sang empu.
Empu muda asal Surakarta Basuki Teguh Yuwono, menyebut bahwa keris pamor tiban adalah keris dengan tingkat spiritualitas sangat tinggi.
Sebab dalam pembuatannya, seorang empu benar-benar memasrahkan hasil kerjanya pada kuasa Tuhan. Di mana tangannya hanya diposisikan sebagai alat, sedangkan yang menggerakkan adalah kekuatan Tuhan.
Karena itulah Basuki menyebut bahwa keris-keris dengan pamor tiban ini akan sangat cocok dimiliki oleh mereka yang memiliki spiritualitas tinggi, seperti para tokoh agama.
Energi dari pamor keris tersebut diyakini berjalan harmonis dengan jiwa dari si pemilik. Sehingga si pemilik bisa senantiasa mendapatkan petunjuk-petunjuk positif terkait dnegan langkah-langkah yang akan ditempuhnya.
Tak hanya kalangan spiritualis, keris pamor tiban juga kerap diburu oleh para pejabat. Sebab tuah dari keris ini diyakini bisa meningkatkan kewibawaan.
“Dalam pembuatan sebuah keris, seorang empu akan senantiasa mengiringinya dengan doa dan ritual-ritual tertentu. Karena itu tak jarang seorang empu akan merasa kalau tangan-tangannya seperti bergerak sendiri dalam menciptakan sebilah keris. Yang kemudian memunculkan keris dengan pamor-pamor tiban seperti beras wutah atau yang lain,” ungkap Basuki yang juga pemilik Padepokan Brojobuwono, Karanganyar.
Lepas dari faktor kekuatan Tuhan yang ikut berperan dalam menciptakan keris pamor tiban. Secara ilmiah terbentuknya pamor tiban berhubungan erat dengan jenis logam pendukungnya.
Artinya bahwa hal ini bisa terjadi karena adanya perbedaan tingkat kekerasan logam pembentuk pamor. Sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan titik lebur dari logam-logam itu.
Hal ini masuk akal karena logam pembentuk pamor umumnya dibuat dari batu meteorit yang materi dasarnya tersusun dari berbagai jenis logam.
Editor : Bramantyo