Namun, meski tinggal sedikit, batu meteorit yang akhirnya jatuh itu bukanlah batu sembarangan.
Dia adalah batu pilihan yang lolos seleksi alam di lapisan atmosfer. Karena itulah kemudian batu ini dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pamor keris.
Meski disebut batu, meteorit sendiri sejatinya adalah logam. Batu ini terbentuk dari partikel-partikel berbagai macam logam, termasuk emas, perak serta nikel. Karenanya bisa dijadikan pamor keris.
Dan tentunya akan berpengaruh pada aura serta energi yang terpancar dari keris itu.
Nah, pertemuan antara dua buah keris dengan pancaran energi yang sama-sama besar itulah yang terkadang memunculkan ‘konflik’ di antara keduanya.
Penyebabnya adalah bahwa masing-masing energi berusaha saling mengalahkan atau mendominasi.
Dan karena sama-sama kuat, maka terjadilah benturan yang tak jarang berupa ledakan.
Hal lain yang juga memicu konflik di antara dua buah keris pusaka adalah perbedaan tangguh atau jaman pembuatan keris itu. Terutama bila di antaranya diwarnai sebuah peristiwa sejarah yang membawa dua jaman ini dalam posisi berkonflik.
Contohnya adalah keris dengan tangguh Majapahit akan cenderung tidak cocok bila dikumpulkan dengan keris bertangguh Pajajaran.
“Dalam sejarah kan dikisahkan kalau Kerajaan Majapahit bermusuhan dengan Pajajaran. Karena itu, keris dari masing-masing kerajaan ini akan cenderung tidak cocok, terutama yang dibuat pasca perang bubat,” jelasnya dalam sebuah kesempatan.
Editor : Bramantyo