get app
inews
Aa Read Next : Begini Tanggapan Peneliti soal Fenomena Muncul Pulau Baru Setelah Gempa Besar Guncang Maluku

Ternyata Ini Penyebab Keris Bertarung, dan Cara Mengatasinya

Jum'at, 30 September 2022 | 00:39 WIB
header img
KRT Eko Wahyudi Reksomukyo mengungkap mitos di balik keris tarung (Foto: iNewsbadung.id/Klasik Herlambang)

SIDOARJO, iNewsbadung.id - Pertemuan dua buah keris yang berlainan jenis dan dikumpulkan dalam satu wadah, konon kerap kali memicu terjadinya konflik di antara keduanya.

Fenomena seperti ini kabarnya kerap dialami oleh para kolektor keris, di mana pada saat-saat tertentu terdengar suara berisik dari tempat penyimpanan benda tersebut.

Suara berisik itu sendiri diyakini karena terjadinya pertarungan antara keris-keris terstentu yang disimpan dalam satu tempat.

Sepintas hal ini terdengar tidak masuk akal dan banyak yang menyebutnya hanya mitos. Namun demikian, hal ini bukan berarti tidak bisa dijelaskan penyebabnya.

Pakar Tosan Aji asal Sidoarjo, KRT Eko Wahyudi Reksomulyo menjelaskan bahwa pertarungan dua buah keris terjadi karena adanya pertarungan energy yang tersimpan dalam keris tersebut.

Energi ini berasal dari energi alam yang terpancar dari bahan pembentuk pamor keris. Dalam hal ini biasanya adalah batu meteorit.

Dan batu meteorit diyakini sebagai salah satu jenis bahan yang menyimpan energi alam yang sangat besar.

Energi ini tak lain berasal dari proses perjalanan batu ini hingga jatuh ke bumi.

Sebelum jatuh, batu ini akan mengalami proses pembakaran yang sangat hebat di lapisan atmosfer.

Batu yang semula bisa sebesar gunung, saat jatuh mungkin hanya tinggal sebesar kepalan tangan orang dewasa saja.

Namun, meski tinggal sedikit, batu meteorit yang akhirnya jatuh itu bukanlah batu sembarangan.

Dia adalah batu pilihan yang lolos seleksi alam di lapisan atmosfer. Karena itulah kemudian batu ini dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pamor keris.

Meski disebut batu, meteorit sendiri sejatinya adalah logam. Batu ini terbentuk dari partikel-partikel berbagai macam logam, termasuk emas, perak serta nikel. Karenanya bisa dijadikan pamor keris.

Dan tentunya akan berpengaruh pada aura serta energi yang terpancar dari keris itu.

Nah, pertemuan antara dua buah keris dengan pancaran energi yang sama-sama besar itulah yang terkadang memunculkan ‘konflik’ di antara keduanya.

Penyebabnya adalah bahwa masing-masing energi berusaha saling mengalahkan atau mendominasi.

Dan karena sama-sama kuat, maka terjadilah benturan yang tak jarang berupa ledakan.

Hal lain yang juga memicu konflik di antara dua buah keris pusaka adalah perbedaan tangguh atau jaman pembuatan keris itu. Terutama bila di antaranya diwarnai sebuah peristiwa sejarah yang membawa dua jaman ini dalam posisi berkonflik.

Contohnya adalah keris dengan tangguh Majapahit akan cenderung tidak cocok bila dikumpulkan dengan keris bertangguh Pajajaran.

 “Dalam sejarah kan dikisahkan kalau Kerajaan Majapahit bermusuhan dengan Pajajaran. Karena itu, keris dari masing-masing kerajaan ini akan cenderung tidak cocok, terutama yang dibuat pasca perang bubat,” jelasnya dalam sebuah kesempatan.

Eko melanjutkan bahwa dalam proses pembuatan keris tidak bisa lepas dari doa sang empu.

“Yang mana karena pada saat itu suasananya adalah suasana konflik, maka semangat perlawanan dari masing-masing empu oitu akan ikut mewarnai energi yang terbentuk dalam keris buatannya,” lanjutnya.

Tak hanya keris dengan tangguh Majapahit dan Pajajaran saja yang cenderung tidak cocok bila dikumpulkan.

Keris bertangguh Mataram dan Pajang, juga tidak bisa disatukan. Penyebabnya juga sama yaitu perselisihan antara dua kerajaan tersebut pada masa lalu.

Hal lain yang juga menjadi penyebab terjadinya pertarungan dua bilah keris adalah pertarungan antara khadam yang bersemayam di dalam keris itu.

Dijelaskan Eko, bahwa ada dua jenis khadam yang selama ini melekat pada keris yaitu yang jahat dan baik.

Bila kemudian ada orang memiliki keris dengan khadam-khadam yang saling berlawanan, maka potensi konflik di antara keris-keris itu akan semakin besar.

“Khadam yang berbeda atau berlawanan akan saling serang. Sehingga bila keris-keris yang khadamnya berlawanan itu disatukan, maka pasti akan memicu berbagai kejadian ganjil pada keris-kerisnya. Misalnya kalau malam suaranya gaduh, lalu saat dilihat ternyata posisinya sudah berantakan,” ungkapnya.

Hanya saja untuk bisa tahu apakah sebuah khadam yang ada di dalam keris itu saling berlawanan atau tidak tentu bukan hal yang mudah.

Untuk hal yang satu ini Eko memberikan sedikit gambaran kondisi yang bisa dijadikan petunjuk adanya pertentangan khadam-khadam penghuni keris.

Salah satu hal yang paling mudah dilihat adalah terjadinya perubahan suasana di dalam rumah.

Di mana suasana di dalam rumah yang sebelumnya tenang dan nyaman berubah menjadi mencekam dan menegangkan tanpa sebab yang jelas.

Hal lain adalah adanya suhu udara yang terasa lebih panas dan gerah. Padahal suhu sebenarnya dingin.

“Kalau misal khadam-khadam yang ada pada keris berpotensi konflik, biasanya suasana di dalam rumah jadi tidak enak. Bahkan tak jarang hal ini bisa memicu konflik antar anggota keluarga sendiri. Sehingga ujung-ujungnya akan menciptakan masalah bagi pemilik keris itu,” jelas Eko juga kolektor ratusan berbagai jenis pusaka ini.

Terkait hal ini, Eko menjelaskan ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasinya.

Hal yang paling mudah tentunya adalah dengan memisahkannya dalam tempat yang berbeda. Namun bila tidak mungkin memisahkannya, Eko menyebut perlunya seorang kolektor memiliki keris atau tombak jenis tindih.

Karena jenis pusaka ini bersifat menetralisir energy dari kedua khadam yang berkonflik. Sehingga kemudian bisa berjalan selaras.

“Pusaka tindih itu pengertian sederhananya adalah untuk menindih atau menutup kekuatan dari pusaka tertentu, terutama dalam hal ini yang berpotensi konflik. Karena itu seorang kolektor terutama yang jumlah koleksinya banyak, wajib memiliki pusaka jenis ini. Agar tidak sampai ada pertarungan khadam dalam tempat penyimpanan pusakanya,” terangnya.

Untuk pusaka tindih sendiri biasanya yang dipakai adalah jenis-jenis pusaka bertangguh tua seperti Bethok.

Sedangkan untuk pamornya ada beberapa macam. Di antaranya adalah pamor Kelengan dan Tejo Kinurung.

Kedua pamor ini cocok dipakai karena memiliki tuah menolak berbagai macam bahaya.

Hal lain yang bisa dilakukan bagi para kolektor, terutama yang tidak memiliki pusaka tindih adalah dengan meletakkan kayu pohon awar-awar di antara pusaka-pusaka itu.

Sifat kayu awar-awar adalah untuk menawarkan atau menetralisir kekuatan khadam-khadam yang menghuni keris. Sehingga khadam-khadam ini tidak sampai berkonflik.***

Editor : Bramantyo

Follow Berita iNews Badung di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut