Namun, masalah terjadi setelah korban GK menikah, hingga membuat terdakwa SK melarang GK dan suaminya tinggal di rumah itu.
Sejak saat itu, SK dan AS sering ribut atau cekcok, sehingga AS melaporkan SK ke polisi.
Menurut SK melalui pengacara Ary, pelaporan terjadi karena pelapor kecewa atas tindakan SK yang telah menjual motornya untuk membayar hutang biaya pernikahan GK dan suaminya.
Dalam kasus ini, secara hukum Ary memandang bahwa tersangka tidak hanya SK, tetapi juga AS yang merupakan ibu korban, karena telah membiarkan, memberi kesempatan dan membantu membelikan alat kontrasepsi.
"Yang dilakukan AS, disebutkan Ary sebagai tindak eksploitasi terhadap anak sendiri," urai Ary.
Ary menambahkan, selama ini penyidik belum menjadikan status AS menjadi tersangka, sehingga ia pun berharap, sesudah sidang keempat ini, penyidik dapat membuka kembali dan menetapkan ibu kandung korban, mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Editor : Asarela Astrid
Artikel Terkait