Ferry menambahkan, saat ini peluang usaha batik semakin meningkat, di mana pasca pandemic Covid-19, sudah mulai menggeliat, terbukti sekolah-sekolah sudah mulai buka, instansi-instansi sudah mulai kembali beraktifitas, sehingga penggunaan baju batik sudah mulai meningkat dan penjualan batik sudah mulai kembali normal.
Terkait pelatihan batik dan tie dye yang digelar di Aula Kantor Desa Makamhaji, Senin (9/10/2023), ibu-ibu yang merupakan pengurus PKK Desa Makamhaji ini mendapatkan pelatihan dasar membatik yang mudah diterapkan untuk taplak meja ataupun ditempel sebagai aplikasi totebag batik.
Menurut Ferry, membatik tidak sulit, karena untuk menjadi pembatik handal tergantung dari ketekunan, di mana membatik membutuhkan rasa untuk menikmati goresan canting. Karena itu, jika ibu-ibu tekun mempraktekkan membatik, mencoba menggoreskan canting setiap hari, dipastikan Ferry bahwa hanya dalam dua bulan sudah bisa mulai lancar membatik.
“Hari ini kita berikan teknik dasar cara membatik, ada yang menggoresnya sudah terlihat agak rapi, tetesan lilin sudah mulai berkurang, bahkan ada peserta yang saat menggores pertama masih mblobor, yang kedua sudah agak menipis, yang ketiga sudah cenderung tipis-tipis, karena kaitannya dengan rasa, sehingga jika dinikmati dan dilaras, maka akan lancar membatik dalam dua bulan,” ujarnya.
Selain diikuti 30-an pengurus PKK Desa Makamhaji, pelatihan membuat batik dan tie dye ini juga diikuti Ketua Tim Penggerak (TP) PKK, Silvy Nuriya Maharani, A.Md., serta Umi Widayanti, S.E., Sekretaris Desa Makamhaji, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo.
Silvy Nuriya Maharani, A.Md., yang merupakan istri Kepala Desa Makamhaji Agus Purwanto, S.E., berharap, pemberdayaan TIM Penggerak PKK ini dapat semakin melatih kesabaran, meningkatkan ekonomi keluarga, sekligus melestarikan budaya membatik.
Editor : Asarela Astrid
Artikel Terkait