Cara ini perlu dilakukan agar tercipta keindahan lingkungan, sehingga menimbulkan rasa tenteram dan ketenangan diri, kesejukan, dan kebahagiaan.
Awalnya, falsafah Tri Hita Karana lahir karena keberadaan desa adat di Bali, di mana tidak hanya sebagai kepentingan hidup, namun juga bagi kepentingan bersama masyarakat, terutama dalam kepercayaan memuja Tuhan.
Artinya, ciri khas desa adat di Bali harus memiliki berbagai unsur yaitu wilayah, masyarakat yang menempati suatu wilayah dengan tempat suci untuk memuja Tuhan.
I Made Budiastika menegaskan, falsafah Tri Hita Karana mengarahkan manusia agar selalu mengharmoniskan hubungan manusia dengan pencipta, manusia dengan masyarakat, serta manusia dengan alam semesta atau lingkungan..
Semoga tulisan tentang memahami Tri Hita Karana, falsafah hidup bahagia dan sejahtera yang banyak diterapkan di Bali ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan jangan lupa share dan nantikan tulisan lain hanya di iNewsbadung.id. ***
Editor : Asarela Astrid
Artikel Terkait