Upacara ini memiliki makna sama dengan Tawur Agung Kesanga, tetapi upacara dalam skala kecil, yang dilakukan di rumah masing-masing.
Satu hari sebelum hari raya Nyepi, yakni pada malam hari, setelah melaksanakan Tawur Agung Kesanga, dilakukan upacara Pengerupukan, sebuah tradisi yang masih bertahan di Bali.
Saat upacara ini, ada banyak ogoh-ogoh turun ke jalan, diarak berkeliling desa, membawa obor diiringi gamelan bleganjur.
Dalam budaya Bali, ogoh-ogoh adalah karya seni patung, penggambaran Bhita Kala, representasi kekuatan alam semesta (Bhu) dengan waktu (Kala) yang tidak terukur dan tidak terbantahkan.
Ogoh-ogoh adalah lambang elemen buruk, harus dihancurkan dan membawa kembali unsur baik untuk lingkungan.
Sosok ogoh-ogoh menakutkan, menggambarkan sifat buruk di dunia, serta berukuran besar, namun akhir-akhir ini, ogoh-ogoh mengalami transformasi, karena mulai memakai mesin, dimana badannya bisa digerakkan.
Editor : Bramantyo
Artikel Terkait