Dilansir iNewsbadung.id dari Buku Seri Fakta dan Rahasia dibalik Candi : Candi Pra Majapahit, penulis Daniel Agus Maryanto, dikatakan bahwa pemujaan kepada Agastya (Siwa Guru) di Candi Badut, mencerminkan bentuk pengakuan Raja Gajayana kepada para cerdik pandai dan penyiar agama Hindu di Jawa Timur.
Pendapat lain tentang nama Candi Badut dikemukan Prof. Dr. Poerbatjaraka, dimana nama Badut berasal dari nama asli Raja Gajayana, yaitu Liswa.
Kata Liswa (Sansekerta) berarti anak komedi /tukang tari, dalam bahasa Jawa “Badut’.
Tidak banyak yang tahu, jika nama stadion Gajayana dan Kanjuruhan diambil dari sisa-sisa peradaban Hindu di Kota Malang, yaitu Candi Badut.
Candi Badut ditemukan pertama kali tahun 1921, dimana saat ditemukan masih berupa gundukan bukit batu dan reruntuhan bangunan.
Orang yang pertama kali memberitakan keberadaan Candi Badut adalah Maureen Brecher, seorang kontrolir, seorang pegawai pemerintah Hindia Belanda yang bertugas di kota Malang.
Editor : Bramantyo
Artikel Terkait