6. Diungsikan ke Bali
Namun saat terjadi serbuan dari Kerajaan Demak, angklung-angklung dan gamelan tersebut segera diungsikan ke Pulau Bali sehingga berpindahlah akar seni budaya dari kerajaan Majapahit.
7. Kesulitan Merakit
Namun setibanya di Bali, pemusik-pemusik Majapahit mengalami kesulitan merangkai kembali gamelan yang dibawa, termasuk angklung.
8. Menata Kembali
Meskipun kesulitan meraakit, akhirnya para pemusik itu pun mencoba menata kembali alat-alat musik lama, sehingga tercipta alat musik baru, diberi nama rindik.
9. Cara dan Hasil Sama
Meskipun angklung Bali tidak sama dengan alat musik yang berasal dari Jawa, namun cara memainkannya sama dan menghasilkan suara yang sama seperti gamelan dari bahan logam.
10. Celah Kecil
Alat musik baru ini pun akhirnya diberi nama rindik, berasal dari bahasa Jawa Kuno, yang berarti ditata rapi dengan celah kecil.
11. Berevolusi
Berjalannya waktu, alat musik ini berevolusi sesuai kearifan lokal Pulau Bali yang terbuat dari bambu dan bernada ‘salendro’, dimainkan dengan cara dipukul.
12. Disusun Berpasangan
Seperti instrumen gamelan Bali, rindik disusun berpasangan, tetapi berbeda nada, dimana satu instrumen memiliki nada lebih tinggi dari instrumen pasangannya sehingga menghasilkan dengungan khas rindik bernuansa Bali.
Editor : Bramantyo
Artikel Terkait