Saat itu dirinya belum tahu bahasa Arabnya kepiting. Di depan pedagang pasar, Gus Dur hanya bisa memperagakan kepiting dengan bahasa isyarat.
Si pedagang menyimak sembari kepala terangguk-angguk. Tak berselang lama, dia berjalan ke belakang yang katanya hendak mengambilkan apa yang diminta Gus Dur.
Begitu si pedagang kembali, Gus Dur terkaget campur geli. Di tangan si pedagang tidak tertenteng kepiting, melainkan sebuah catut atau tang.
“Lha, siapa yang mau makan catut?!,” tandas Gus Dur.
Editor : Dian Burhani
Artikel Terkait