"Kita mengadopsi yang digunakan Jakarta Cikampek Elevated Bridge, sehingga jangan heran jika berada di atas jembatan, goyangan tinggi," tutur Hadrianus.
Teknologi ini diizinkan karena memiliki frekuensi sangat besar, mampu bergerak horizontal, lateral ataupun ada pusaran.
Di hadapan para awak media, Hadrianus menjelaskan maksud gempa 100 tahun, yakni gempa seperti di Jepang atau di atas 7 SR.
Ditambahkan Hadrianus, teknologi baru pembangunan jembatan ini diharapkan mampu memberikan kelancaran dan menghilangkan khawatir ketika menggunakan jembatan Callender Hamilton, yang merupakan model jembatan Jurug sebelum diganti, di mana sudah habis masa layannya, sehingga harus dibongkar dan diganti.
Jembatan yang memiliki panjang kurang lebih 160 meter ini terdiri dari dua jembatan pendekat dan dua jembatan utama, di mana semuanya terdiri dari gelagar baja.
Terkait teknologi LRB yang digunakan dalam pembangunan jembatan Jurug, disebutkan Hadrianus baru pertama kali diterapkan di Solo.
Editor : Asarela Astrid