YOGYAKARTA, iNewsbadung.id - Candi Sambisari, menyimpan misteri jejak Hindu, karena awalnya berada di bawah tanah, yang belum banyak diketahui masyarakat luas.
Misteri jejak Hindu di bawah tanah ini terungkap di bulan Juli 1966, saat Arjo Wijono mencangkul di tanah milik Karyoinangun.
Namun, ketika mencangkul lebih dalam, cangkulnya sering membentur benda-benda keras, hingga Arjo Wijono dan merasakan ada misteri di bawah tanah yang dicangkulnya.
Semakin penasaran dengan misteri benda-benda keras di dalam tanah itu, Arjo Wijono terus menggali lebih dalam dan membongkar tanah yang mencurigakan itu.
Hasilnya bukan kotak harta karun, tetapi reruntuhan bangunan suci (candi) yang menyembul kembali setelah terkubur selama beberapa abad.
Dilansir iNewsbadung.id dari laman resmi kemdikbud, serta Balai Penelitian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta, reruntuhan candi yang terkubur sedalam empat meter itu kemudian diteliti secara intensif oleh yang terkait Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Prambanan, serta dilakukan pemugaran pada 20 November 1980.
Dibutuhkan kerja keras hampir 20 tahun dari para ahli Arkeologi dan instansi terkait, terhitung sejak ekskavasi (pengumpulan data) arkeologi pertama yang dilakukan September 1966, sampai peresmian purna pugar oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Haryati Soebadio pada 23 Maret 1987.
Candi yang berada di bawah tanah ini kemudian diberi nama Candi Sambisari, sesuai nama desa dimana candi itu ditemukan, yaitu Dusun Sambisari, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Pemugaran pertama Candi Sambisari dilakukan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Daerah Istimewa Yogyakarta.
Misteri Candi Di Bawah Tanah
Candi yang terbilang kecil dan terletak di bawah tanah ini masih banyak menyimpan misteri, bahkan sampai saat ini belum diketahui secara pasti siapa yang membangun candi ini.
Para ahli hanya menduga jika candi ini dibuat Rakai Garung dari Dinasti Sanjaya.
Beberapa ahli arkeologi seperti Buchori memperkirakan candi ini dibuat antara tahun 812 hingga tahun 838 Masehi.
Sementara R. Soekmono mengatakan, berdasarkan batu isian yang digunakan yakni batu padas, Candi Sambisari diperkirakan dibangun semasa dengan Candi Prambanan, Plaosan, dan Sojiwan, yaitu sekitar abad 9 -10 Masehi.
Candi Sambisari memiliki banyak hal menarik, daya tarik pertama terkait dengan letak candi yang dibangun di bawah tanah, dimana kedalamannya hampir mendekati tujuh meter dengan kemiringan sekitar 15 derajat, sehingga ini menjadi kekhasan Candi Sambisari.
Tidak seperti pada umumnya kalau berkunjung ke candi-candi lain yang harus menaiki tangga, untuk ke menuju ke lokasi Candi Sambisari, pengunjung justru harus menuruni tangga (trap-trapan) yang dibangun pada keempat sisi.
Jalan menuju candi ini, tentu saja menjadi sesuatu yang unik dan tidak ada di candi-candi lain.
Daya tarik kedua adalah bentuk candi termasuk mungil, dimana tubuh candi hanya berukuran 5 x 5 meter, tinggi hanya 2,5 meter, sedangkan tubuh candi terdapat relung-relung tempat patung dewa-dewa.
Di relung utara terdapat patung Dewa Durga, di timur arca Dewa berkepala gajah (Ganesya), dan di selatan Agastya.
Pada kanan kiri pintu masuk Candi Sambisari dijaga Dewa Mahakala dan Nandiswara, sedangkan di dalam candi atau ruangan induk terdapat lingga yoni yang merupakan benda untuk sarana pemujaan agama Hindu, lambang Dewa Siwa dan istrinya, Durga.
Daya tarik lain yang membuat para pengunjung nyaman datang ke candi Sambisari ini adalah karena penataan lingkungan candi begitu indah memesona.
Candi ini berada di tengah hamparan tanah seluas tiga hektar, menghadap ke barat dengan tiga buah candi kecil di depannya, dimana semakin indah karena adanya taman bunga.
Candi Sambisari menjadi kian menarik setelah dilengkapi ruang pameran yang ditempatkan dalam sebuah bangunan berbentuk joglo, dimana di ruang pameran ini tidak hanya memuat informasi seputar candi Sambisari, tetapi juga dipamerkan benda kuno hasil penemuan di seputar Daerah Istimewa Yogyakarta.
Para pengunjung yang hendak menuju lokasi Candi Sambisari juga mudah, karena akses jalan masuk beraspal baik dan lebar.
Bila pengunjung dari pusat Kota Yogyakarta, dapat mengambil ke arah timur ke jurusan Solo, namun sesampai di daerah Kalasan, di sebelah kiri sudah ada papan penunjuk ke arah Candi Sambisari.
Akses jalan mulus dan lebar memudahkan pengunjung cepat sampai ke lokasi yang tidak jauh dari selokan Mataram.
Harga tiket Candi Sambisari sangat terjangkau, mulai Rp6 ribu per orang untuk domestik dan Rp15 ribu bagi turis mancanegara.
Semoga tulisan Candi Sambisari, misteri jejak Hindu di bawah tanah ini dapat menjadi rekomendasi para pembaca, yang ingin melakukan perjalanan wisata ke Yogyakarta bersama keluarga.
Nantikan tulisan lain hanya di iNewsbadung.id, dan silahkan share tulisan ini. ***
Editor : Bramantyo