Namun kenyataan berbicara lain, dia lahir dengan “cacat permanen”, wajahnya memancarkan seorang ksatria, tetapi mempunyai ekor seperti kera.
Bagi Prabu Kresna, kelahiran Gunadewa seperti itu adalah “aib besar”, karena itu titah raja pun jelas, yakni buang Gunadewa, jangan sampai berita kelahirannya didengar seluruh rakyat, apalagi sampai ke negara sahabat.
Terbuang tanpa harapan di puncak gunung, di pertapaan Ganamadana, awalnya membuat Gunadewa frustasi dan ingin mengakhiri hidupnya.
Namun perlahan, kesunyian gunung dan suasana pertapaan itu mampu mengendapkan jiwa dan perasaannya, sehingga Sang Gunadewa memutuskan bertapa mendekatkan diri kepada Sang Penguasa Jagad Raya.
Akhirnya Gunadewa menjelma menjadi pertapa sakti, kata-katanya bertuah, putrinya yang semula buruk rupa disabda berubah menjadi cantik jelita, hingga menjadi permaiusri Prabu Parikesit.
Sementara ayahnya, Prabu Kresna setelah melihat anak-anaknya yang lain mati saling bunuh, dan kerajaannya hancur ditenggelamkan dewa laut, juga mengalami kematian sia-sia.
Editor : Bramantyo