JAKARTA, iNewsbadung.id - Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat Andi Nurpati yang juga mantan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) menanggapi Pernyataan Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Megawati Soekarnoputri yang menyindir ibu-ibu pengajian.
Menurut Andi, pengajian tidak dilakukan setiap hari. Andi Nurpati menuturkan, pengajian itu terkadang dilakukan seminggu sekali atau sebulan sekali. Dia menambahkan, di dalam pengajian juga terkadang banyak membahas tentang kesehatan.
"Sangat tidak pantas menyoal ibu-ibu pengajian, kenapa enggak menyoal ibu-ibu yang dugem (dunia gemerlap, red) ke diskotik? Ibu-ibu yang bekerja full day?" kata Andi Nurpati seperti dikutip iNewsbadung.id dari SINDOnews, Minggu (19/2/2023).
Maka itu, Andi Nurpati menyayangkan pernyataan Megawati yang menyindir ibu-ibu pengajian tersebut.
"Apalagi sudah pernah jadi pemimpin negeri, ketum parpol, penasihat atau pembina BRIN, sudah professor dan lain-lain. Mestinya bukan menghujat, tapi memberi support, motivasi dan lain-lain bagaimana supaya ibu-ibu lebih care dengan anak-anaknya supaya enggak kena stunting," ungkapnya.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa banyak juga ibu-ibu yang ikut pengajian justru sudah punya cucu dan tak punya tanggung jawab mengurus cucu.
"Banyak yang sudah umur 40 tahun ke atas di mana anak-anaknya sudah dewasa, sudah berkeluarga, bahkan sedikit yang punya bayi atau anak kecil," imbuhnya.
Dia mengatakan, pendidikan dan pengetahuan tentang kesehatan dan gizi justru sebaiknya dimasukkan saja ke dalam kurikulum sekolah.
"Supaya sejak kecil memahaminya, perbanyak sosialisasi dari Kemenkes dan pemda-pemda dan tak kalah pentingnya adalah penghasilan keluarga ya g mencukupi untuk belanja keluarga. Punya ilmu dan pengetahuan tapi enggak ada atau enggak cukup biaya ya mau bagaimana?" katanya.
Menurut Andi Nurpati, solusi utama mengatasi stunting adalah memberantas kemiskinan dengan memberikan pendidikan dan kemampuan atau keterampilan supaya bisa bekerja.
"Bukan gara-gara ikut pengajian kemudian menimbulkan stunting," ungkapnya.
Dia juga berpendapat bahwa melarang umat beragama untuk mempelajari agamanya lebih dalam merupakan pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
"Mungkin beliau enggak paham apa itu pengajian?" jelasnya.
Dia menjelaskan, pengajian adalah sarana pendidikan agama yang belum tentu semua dipelajari di sekolah atau saat kuliah. Apalagi, lanjut dia, tak semua orang juga kuliah.
"Saya kira Bu Mega salah persepsi tentang pengajian yang bisa menimbulkan anak-anak stunting karena ditinggal ibunya pengajian. Pengajian itu enggak tiap hari dan hanya beberapa jam, biasanya juga bukan jam makan," ungkapnya.
Menurut dia, lebih parah ibu-ibu yang bekerja di luar rumah setiap hari dari pagi hingga sore atau malam.
"Kenapa Bu Mega enggak menyoal itu daripada menyoal ibu-ibu pengajian. Meski hak seorang ibu bekerja berkarier di luar rumah yang umumnya anaknya diserahkan kepada asisten rumah tangga yang notabene pengetahuan tentang gizi dan lain-lain tidak memadai," ujarnya.
Dia menegaskan, negara harus memberi solusi atas masalah stunting di Indonesia. Dia melanjutkan, bagaimana seorang ibu bisa maksimal memberikan air susu ibu (asi) jika bekerja seharian bahkan bertahun-tahun.***
Editor : Bramantyo
Artikel Terkait