Salah satu pengunjung, Joko, warga Kecamatan Pulosari mengatakan, dirinya sengaja datang bersama istri dan anaknya untuk melihat kelucuan monyet-monyet yang ada di Candi Batur.
"Bagus, pemandangan indah banyak monyetnya," kata Joko, Rabu (11/1/2023).
Tak hanya itu, keberadaan obyek wisata Candi Batur juga menjadi berkah tersendiri bagi warga sekitar untuk mengais rejeki dengan berjualan aneka rupa. Termasuk menjajakan makanan untuk monyet.
Atun (45), pemilik warung sekitar mengatakan, dengan adanya Candi Batur warga di sekitar turut mendapat pemasukan tambahan.
"Alhamdulillah ada pemasukan buat masyarakat yang disini, buat penghasilan," kata Atun.
Terpisah, Kades Bulakan, Sigit Pujiono mengatakan, Candi Batur merupakan hutan milik desa yang luasnya sekitar 4 hektar, dan untuk monyet-monyet yang ada di wilayah itu sudah ada sejak jaman dulu.
"Kalau monyet itu dari jaman dulu sudah ada. Ada sekitar empat kelompok monyet, koloninya masing-masing, dan jenisnya monyet ekor panjang, tapi jinak dengan manusia," kata Sigit.
"Itu hutan milik desa, luasnya sekitar 4 hektare, dan kami menjaga kearifan lokal disitu, tidak ada satupun yang berani menebang pohon-pohon di situ," tutur Sigit.
"Kami sudah bentuk pengelola desa wisata, pengembangannya kami mipil (bertahap), karena kami tidak serta merta membangun semua di situ karena balik lagi terkait dengan pendanaan, tapi kami sudah bentuk pengelola, Pokdarwis, dan Perdesnya, sehingga sudah terorganisasi dengan baik," ujarnya.
Disinggung terkait pengembangan pembangunan obyek wisata Candi Batur ke depan, Sigit mengatakan pihaknya akan terus melakukan pengembangan dengan tetap menjaga kesakralan yang ada di Candi Batur. Sehingga eksistensinya tetap terjaga dengan baik secara alami.
"Ada wacana, tetapi tetap kami jaga kesakralannya sehingga eksistensinya tetap terjaga," ujar Sigit.***
Editor : Dian Burhani
Artikel Terkait