iNewsBadung - Penentuan waktu memang menjadi hal yang tidak bisa dipandang remeh dalam rencana mendirikan sebuah rumah.
Sebab pemilihan waktu yang tepat diyakini bisa berdampak positip pada energi yang terpancar dari rumah itu.
Dalam tradisi masyarakat Jawa, ada rumus tersendiri untuk bisa menentukan waktu yang tepat bagi seseorang untuk mendirikan rumah.
Yang mana hal itu diyakini berdampak signifikan pada kehidupan orang yang bersangkutan.
Untuk mencari waktu yang tepat seseorang perlu menjumlahkan neptu dari hari dan pasaran di mana dia akan membuat rumah.
Untuk hari Minggu neptunya 6, Senin 4, Selasa 3, Rabu 6, Kamis 5, Jumat 7 dan Sabtu 8. Lalu untuk pasarannya Kliwon 8, Legi 5, Pahing 9, Pon 7 dan Wage 4.
Jumlah dari neptu ini kemudian disesuaikan dengan urutan istilah yang melambangkan keadaan yang akan terjadi.
Urutannya adalah Kerta yang berarti bila jatuh pada hitungan ini maka si pemilik rumah akan senantiasa mendapatkan rejeki dan cepat kaya.
Lalu yang ke dua Yasa yang berarti bahwa bangunan rumah itu akan senantiasa kuat.
Yang ke tiga adalah Candi yang berarti akan senantiasa dilimpahi keselamatan.
Sedangkan yang ke empat adalah Rogoh yang maksudnya adalah bahwa rumah tersebut akan sering disatroni pencuri. Sehingga si pemilik rumah akan sering kehilangan barang.
Dan yang ke lima adalah Sempoyong yang berarti bahwa si pemilik rumah akan cenderung tidak betah menempatinya karena berbagai masalah seringkali datang.
Sumber Keberuntungan
Seperti telah disebutkan, bahwa pemilihan lokasi sangat penting dalam rencana pendirian sebuah bangunan.
Sebab kesalahan dalam menentukan lokasi akan berpengaruh pada kondisi yang dialami oleh si pemilik rumah.
Dalam masyarakat Jawa diyakini bahwa lokasi yang baik adalah lokasi yang mengandung sumber air yang baik.
Sebab sumber air diyakini sebagai sumber rejeki. Dan sumber air diidentikkan dengan lokasi sumur di komplek bangunan.
Karena itulah masyarakat Jawa meyakini bahwa lokasi sumur yang benar, akan bisa membawa pengaruh baik bagi pemilik bangunan atau usaha.
Dan untuk menentukan lokasi sumur dalam Kitab Betaljemur Adammakna dijelaskan bisa dihitung dengan jumlah depa tangan. Cara perhitungannya dimulai dari tengah lantai hingga ke lokasi sumur.
Bila jumlah depa itu cuma satu depa, maka sumur itu akan membawa rejeki, karena hitungannya jartuh pada sri. Dua depa jatuh pada donya artinya juga mendatangkan rejeki.
Lalu tiga depa, jatuh pada arta yang berarti juga bisa mendatangkan kekayaan. Demikian juga dengan empat depa yang jatuh pada swarga, yang berarti mendatangkan kebahagiaan.
Dan yang terakhir bila berjumlah lima depa maka berarti neraka atau medatangkan musibah.
Jumlah itu berlaku untuk selisihnya. Artinya bila jumlahnya enam depa, berarti hitungannya kembali ke nomor satu, atau jatuh pada sri, lalu donya, arta dan seterusnya.
Sedangkan untuk arah sumur, dalam kitab yang dipopulerkan oleh Kanjeng Pangeran Harya Tjakraningrat ini menyebut bahwa letak sumur atau kamar mandi yang baik adalah tergantung arah hadap rumah atau bangunan.
Lokasi dari sumur itu akan sangat menentukan datangnya keberuntungan di rumah itu. Apalagi bila bangunan atau rumah itu dipakai sebagai tempat usaha.
Untuk bangunan yang menghadap utara, maka letak kamar mandi atau sumur yang baik adalah di sisi timur serta timur laut. Di sisi timur karena diyakini menjadi tempat mandinya pengantin, sedangkan di timur laut karena diyakini menjadi tempat mandi orang suci.
Lalu untuk bangunan yang menghadap selatan, lokasi sumur yang baik berada di barat daya karena menjadi tempat mandi orang suci, dan di barat karena menjadi tempat mandi pengantin.
Bangunan yang menghadap ke barat, letak sumur atau kamar mandi yang baik adalah di sebelah utara dan barat laut. Di utara karena diyakini menjadi tempat mandi pengantin, sedangkan di barat laut karena menjadi tempat mandi orang suci.
Dan yang terakhir bila menghadap ke timur, maka yang terbaik adalah berada di posisi tenggara dan selatan. Tenggara menjadi tempat mandi orang suci, dan selatan menjadi tempat mandi pengantin.
Selanjutnya untuk pemilihan tempat usaha, dalam kitab itu dijelaskan dengan cara menjumlahkan neptu dari huruf depan dan belakang nama pemilik usaha dan tempat usaha.
Huruf di sini diambil dari huruf Jawa yang neptunya didasarkan pada urutannya dalam susunan aksara tersebut. Lalu hasil penjumlahan itu dibagi lima.
Hasil pembagian itu bila bersisa satu, maka disebut Sonya yang berarti sepi atau tidak ada rejeki. Lalu bila sisa dua disebut antaka, yang berarti mendapat kesusahan.
Bila bersisa tiga maka disebut donya atau banyak rejeki. Bila bersisa empat disebut pandita yang diyakini erarti tenteram. Dan kalau bersisa lima, maka disebut ratu, artinya segala apa yang diharapkan pasti akan terkabul.
Arah hadap bangunan tempat usaha juga diyakini membawa pengaruh pada tingkat keberuntungan seseorang yang memulai bisnis.
Masyarakat Jawa meyakini bahwa hasil penjumlahan neptu hari lahir dan pasaran seseorang akan berpengaruh pada pemilihan arah hadap rumah.
Jika seseorang lahir dengan neptu berjumlah 7, 8, 13 dan 18, maka bangunan yang terbaik baginya adalah yang menghadap ke arah Utara dan Timur. Lalu bila berjumlah 9 dan 14, yang terbaik menghadap selatan atau timur.
Sedangkan untuk mereka yang memiliki jumlah neptu 10 yang terbaik menghadap selatan atau barat. Untuk yang berjumlah 11, 15 dan 16, yang terbaik menghadap ke barat.
Dan bagi mereka yang memiliki neptu berjumlah 12 atau 17, maka arah hadap bangunan tempat usaha yang terbaik adalah menghadap utara atau barat.
Demikian rumus perhitungan dalam tradisi masyarakat Jawa terkait pembangunan atau pemilihan sebuah rumah untuk tempat tinggal. ***
Editor : Klasik Herlambang
Artikel Terkait