Semua rencana dilaksanakan, sambil bersedekap Senapati dan Juru Martani menengadag ke langit, jin, peri, prayangan pun datang membawa hujan, badai, dan suara gemuruh yang dahsyat. Setelah itu Gunung Merapi meletus, menyemburkan api dan suara gemuruh. Hujan debu turun lebat, lumpur dengan batu - batu besar memenuhi Kali Opak.
Bersamaan dengan itu tumpukan 6 tumpukan kayu di pegunungan dinyalakan sehingga menjadi layaknya lautan api. Alhasil Sultan Pajang ini menjadi ketakutan, Adipati Tuban yang berusaha menyalakan semangat raja, menjadi sia - sia. Kendati Adipati Tuban itu menyatakan sanggup memusnahkan pasukan Mataram dalam sekejap mata.
Tetapi yang terjadi sebaliknya, gejala alam bertambah menyeramkan. Tentara Pajang pun lari dan sultan terpaksa ikut lari pula. Mataram pun berhasil menang tanpa berperang. Di lain hari, persidangan agung di Istana Pajang disodorkan oleh para menantu raja, dalam hal ini Tumenggung Tuban dan Tumenggung Demak bahwa Pajang perlu segera menyerbu Mataram.
Meskipun sadar akan jatuhnya Pajang nanti, sultan tidak bisa bertahan terhadap desakan itu, dan memerintahkan segera mengangkat senjata. Para tumenggung menyatakan bersedia, asalkan sultan turut serta, meskipun berada di belakang barisan.
Tak kurang 10.000 orang prajurit Pajang dipersiapkan, Pangeran Benawa naik kuda di belakang ayahnya yang duduk di atas gajah. Di Prambanan mereka berhenti dan memperkuat pertahanan dengan meriam. Kiai Adipati Mandaraka yang melihat potensi terjadinya pertempuran besar, mendesak Senapati agar pergi ke Gua Langse atau Gua Roro Kidul, sedangkan ia sendiri akan pergi ke Gunung Merapi untuk memohon bantuan. Setelah kembali dari Gua Langse, Senapati mengumpulkan 1.000 orang prajurit, 300 di antaranya di tempatkan di sebelah selatan Prambanan.
Mereka mendapat perintah, begitu terdengar suara letusan keluar dari Gunung Merapi, harus segera memukul canang Kiai Bicak dan berteriak-teriak, sebagai panglima di lapangan diangkat Tumenggung Mayang.
Pertempuran terjadi di dua tempat, pasukan Mataram pura-pura melarikan, tetapi orang - orang Pajang yang mengejarnya tiba-tiba diserang oleh pasukan Mataram dari dua arah dan diceraiberaikan. Gelap malam menghentikan pertempuran itu, kedua kubu kembali ke kubu pertahanan masing-masing.
Editor : Bramantyo
Artikel Terkait