Eko melanjutkan bahwa dalam proses pembuatan keris tidak bisa lepas dari doa sang empu.
“Yang mana karena pada saat itu suasananya adalah suasana konflik, maka semangat perlawanan dari masing-masing empu oitu akan ikut mewarnai energi yang terbentuk dalam keris buatannya,” lanjutnya.
Tak hanya keris dengan tangguh Majapahit dan Pajajaran saja yang cenderung tidak cocok bila dikumpulkan.
Keris bertangguh Mataram dan Pajang, juga tidak bisa disatukan. Penyebabnya juga sama yaitu perselisihan antara dua kerajaan tersebut pada masa lalu.
Hal lain yang juga menjadi penyebab terjadinya pertarungan dua bilah keris adalah pertarungan antara khadam yang bersemayam di dalam keris itu.
Dijelaskan Eko, bahwa ada dua jenis khadam yang selama ini melekat pada keris yaitu yang jahat dan baik.
Bila kemudian ada orang memiliki keris dengan khadam-khadam yang saling berlawanan, maka potensi konflik di antara keris-keris itu akan semakin besar.
“Khadam yang berbeda atau berlawanan akan saling serang. Sehingga bila keris-keris yang khadamnya berlawanan itu disatukan, maka pasti akan memicu berbagai kejadian ganjil pada keris-kerisnya. Misalnya kalau malam suaranya gaduh, lalu saat dilihat ternyata posisinya sudah berantakan,” ungkapnya.
Hanya saja untuk bisa tahu apakah sebuah khadam yang ada di dalam keris itu saling berlawanan atau tidak tentu bukan hal yang mudah.
Untuk hal yang satu ini Eko memberikan sedikit gambaran kondisi yang bisa dijadikan petunjuk adanya pertentangan khadam-khadam penghuni keris.
Editor : Bramantyo
Artikel Terkait