Hilmar mengatakan, Yogyakarta merupakan contoh pelestarian budaya yang berhasil di Indonesia. Tempat ini dipilih untuk bertemuanya para penjaga kebudayaan dalam melestarikan kearifan lokal dan praktik kebudayaan yang mendukung bumi lestari.
“Aksi bersama di bidang kebudayaan menjadi salah satu tujuan diselenggarakan kegiatan G20 bidang kebudayaan,” katanya.
Penanggungjawab Kegiatan Ruwat Nusantara, Julianus Liembengmengatakan irektorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat didapuk untuk menghadirkan narasi ketahanan masyarakat adat melalui ritual dan kearifan lokalnya.
“Setiap masyarakat adat memiliki cara masing-masing untuk bertahan dari bala atau sesuatu yang buruk. Covid-19 merupakan bala untuk semua orang di seluruh dunia termasuk juga masyarakat adat” ujarnya.
Berbagai ritual adatnya telah didokumentasikan dalam kegiatan Ruwat Nusantara. Ritual bukan hanya sekadar simbol namun harus dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-sehari, bagaimana harus menjaga hubungan dengan alam, sesama, leluhur, dan Tuhan Yang Maha Esa.
“Banyak hal yang harus kita tanamkan ke generasi muda dalam hidup beradat dan berbudaya tentang menjaga alam dan lingkungan tempat mereka tinggal,” katanya.
Salah satu peserta Gunawan mengatakan, masyarakat adat harus bisa mempertahankan budaya dan tradisi yang dimilikinya. Karena bangsa asing sangat gemar mengklaim seni dan budaya asli Indonesia menjadi budaya mereka.
“Adat dan tradisi harus dijaga agar tidak diklaim bangsa asing,” pungkas peserta asal Kalimantan Barat ini.
Editor : Dian Burhani
Artikel Terkait