SOLO, iNewsbadung.id - Solo Melawan Politik Amoral (SEMPAL) lakukan prosesi budaya larung di pintu air Demangan, Kampung Sewu, Jebres, Surakarta atau pinggir Sungai Bengawan Solo.
Larung dalam tradisi Jawa merupakan proses menghanyutkan (larung) benda ke sungai atau laut, baik benda yang berwujud sesaji sebagai ungkapan syukur, atau bisa juga benda yang dianggap membawa kesialan atau sifat jelek (Mala : Jawa).
Secara mendalam, larung lebih bermakna menghanyutkan sifat jelek yang membawa kesialan, di mana sifat jelek ini disimbolkan dengan wayang Lesmana Mandra Kumara yang terbuat dari kardus berukuran 2 x 3 meter.
Dipilihnya wayang Lesmana, sesuai kisah pewayangan Mahabharata, yakni Lesmana Mandra Kumara (Lesmana MK) adalah tokoh wayang yang terlahir dalam keluarga terkemuka.
Ayah Lesmana adalah Prabu Duryudana alias Joko Witono, yang merupakan seorang raja besar di Hastinapura, di mana hidupnya serba tercukupi dan terpenuhi.
Apapun permintaan Lesmana, pasti dituruti, bahkan sehari-hari, Lesmana dilayani dan dimanja, sehingga menjadikan Lesmana sebagai pribadi manja, mau menang sendiri, egois dan tidak bisa apa-apa selain mengandalkan bapaknya yang seorang raja.
Editor : Asarela Astrid