get app
inews
Aa Read Next : Lunpia Cik Meme ikon Oleh-Oleh Khas Semarang Beri Kejutan Spesial di 1 Dekade LCM, Apa Itu? 

Candi Gedongsongo, Komplek Candi Hindu Cerminkan Local Genius Masyarakat Jawa Kuno

Sabtu, 29 April 2023 | 22:28 WIB
header img
Inilah Candi Gedongsongo, kompleks Candi Hindu yang cerminkan local genius. Foto : kemendikbud.go.id

SEMARANG, iNewsbadung.id - Di lereng Gunung Ungaran, tepatnya di Desa Darum, Kelurahan Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah, terdapat sebuah kompleks percandian Hindu yang dibangun pada sekitar abad VIII M. Masyarakat menamakan komplek percandian yang menakjubkan ini dengan nama Candi Gedongsongo.

Nama Gedongsongo berasal dari Bahasa Jawa, Gedong berarti rumah atau bangunan, Songo berarti sembilan. Arti kata Gedongsongo adalah sembilan (kelompok) bangunan. Apakah ini berarti bahwa di kompleks Candi Gedongsongo sejak awal terdiri dari sembilan kelompok bangunan candi? Namun faktanya  pada saat ini hanya terdapat lima kompleks bangunan candi. 

Dilansir iNewsbadung.id dari laman BPCB Jateng, di komplek percandian Gedongsogo ini bisa ditemukan local genius masyarakat Jawa Kuno yang ikut menjiwai banguan suci bernafaskan Hindu. 

Kompleks Candi Gedongsongo  dibangun berderet dari bawah hingga puncak perbukitan di lereng gunung Ungaran, di mana ini menunjukkan karakter Candi Gedongsongo sangat spesifik yaitu sebuah perpaduan antara dua religi yang bersifat lokal dan global. 

Gunung adalah tempat persembahan kepada roh nenek moyang, religi (kepercayaan) ini merupakan tradisi masyarakat lokal pada masa prasejarah khususnya pada masa kejayaan tradisi Megalitik Nusantara tak terkecuali di Pulau Jawa. 

Sementara dalam kepercayaan Hindu, gunung juga dianggap sebagai tempat tinggal para dewa. Tradisi lokal yang biasanya tergerus perannya oleh tradisi global, ternyata mampu berdiri setara di Gedongsongo.

Kesetaraan tersebut ditunjukkan dengan pemberian arti baru pada situs percandian candi-candi di kompleks Gedongsongo yang menunjukkan kekhususannya sebagai budaya campuran, yaitu kecenderungan kepada Parswadewata. 

Di India, tradisi Hindu lebih diutamakan kepada Tri Murti yang terdiri dari dewa Brahma, Wishnu, dan Siwa. Tetapi di Gedongsongo berwujud kepercayaan kepada Parswadewata.

Parswadewata di Jawa dapat ditafsirkan sebagai persembahan kepada roh nenek moyang yang telah bersatu dengan Siwa dan di candi disimbolkan dengan Lingga Yoni. Perwujudan Siwa dan Durga dalam simbol Lingga Yoni ini kemudian sering disertai dengan keberadaan dewa-dewa pengiring yaitu Durga (istri Siwa), Ganesha (anak Siwa), dan Agastya (seorang resi yang memiliki kemampuan spiritual setara dengan dewa).

Ciri kejawaan local genius ditunjukkan dengan keberadaan arca Agastya, ini menunjukkan peran manusia. Hal ini dapat ditafsirkan dengan peran nenek moyang (leluhur) dalam posisi yang tidak kalah dengan keberadaan para dewa di Candi Gedongsongo ini. Sedangkan Parswadewata di India posisi Agastya ditempati Kartikeya, anak Siwa yang berperan sebagai dewa perang.

Sebagai pengawal Dewa Siwa, dikenal Nandiswara dan Mahakala yang bertugas sebagai penjaga pintu candi Hindu. Nandiswara kadang-kadang dianggap sebagai perwujudan Siwa sendiri atau perwujudan kendaraan Siwa (Nandi) dalam bentuk manusia. Mahakala sebagai dewa waktu juga merupakan aspek Siwa dalam bentuk krodha (mengerikan). 

Candi Gedongsongo ditemukan Stanford Raffles pada tahun 1804. Candi Gedongsong dibangun memiliki persamaan dengan kompleks Candi Dieng di Wonosobo. Candi ini terletak pada ketinggian sekitar 1.200 m di atas permukaan laut sehingga suhu udara di sini cukup dingin (berkisar antara 19-27 °C). Lokasi candi yang tersebar di lereng Gunung Ungaran memiliki pemandangan alam yang indah. 

Di kompleks Candi Gedongsongo ini, letak candi satu terpisah dengan candi lainnya sehingga memiliki beberapa kawasan bagian candi diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Candi Gedong I
Letak Candi Gedong I berada paling dekat dengan pintu masuk kompleks percandian. Letaknya berada pada ketinggian 1209,40 meter dari permukaan laut.

2. Candi Gedong II
Letak bagian candi ini ada pada ketinggian 1264,64 meter dari permukaan laut dan berjarak kurang lebih 337 meter dari arah barat laut Candi Gedong I.

2. Candi Gedong III
Letak Candi Gedong III ada sekitar 117,5 meter dari Candi Gedong II.

3. Candi Gedong IV
Candi ini berlokasi di sebelah barat gugusan Candi Gedong III dan merupakan kelompok terbesar dalam komplek Candi Gedong Songo.

4. Candi Gedong V
Candi Gedong V berada di atas bukit kurang lebih 1.310 dari permukaan laut. Dalam kawasan ini terdapat satu buah candi yang utuh dan dua reruntuhan candi lainnya.

Candi Gedong Songo beberapa kali mengalami proses pemugaran, di antaranya adalah :

1. Tahun 1930-1931
Pemugaran yang dilakukan pada rentang tahun ini dilakukan oleh Oudheidkundige Dienst (OD) pada Candi Gedong Songo I dan II. Pemugaran yang dilakukan pada periode ini berfokus pada pencarian batu-batu yang hilang dan pemasangan kembali bagian candi yang sempat dibongkar.

2. Tahun 1978-1983
Pada tahun-tahun ini, pemugaran dilaksanakan lewat Proyek Pembinaan, Pemugaran, dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah. Pemugaran dilakukan terhadap Candi Gedong IV (1978), Candi Induk dan Perwara Gedong III (1979) dan Candi Gedong V (1983).

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca dan silahkan share serta nantikan tulisan lain hanya di iNewsbadung.id. *** 

Editor : Asarela Astrid

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut