Desa Wisata Kenderan Gianyar Bali, Jejak Sejarah Tak Terlupakan hingga Masuk 75 Besar ADWI 2023
![header img](https://img.inews.co.id/media/600/files/networks/2023/03/30/abf22_desa-wisata-kenderan.jpg)
BADUNG, iNewsbadung.id - Desa Wisata Kenderan Gianyar Bali, jejak sejarah tak terlupakan hingga masuk 75 besar ADWI 2023 ini patut untuk diketahui masyarakat Bali ataupun luar Bali.
Sejarah panjang dimiliki Desa Kenderan, yang memiliki luas wilayah mencapai 7.18 km², serta berada di ketinggian kurang lebih 600 meter dari permukaan laut (mdpl).
Inilah Desa Wisata Kenderan Gianyar Bali, jejak sejarah tak terlupakan hingga masuk 75 besar ADWI 2023, dirangkum dari laman Jadesta Kemenparekraf, serta wawancara iNewsbadung.id dengan Ketua Kelompok Sadar Wisata atau Pokdarwis, I Wayan Dumya.
1. Istana Dewa
Masyarakat sering menyebut Desa Kenderan dengan Ke-indra-an, yang berarti Istana Dewa Indra, di dalam dunia pewayangan.
2. Mitologi Masyarakat
Menurut mitologi masyarakat setempat, adalah pelarian Raja Maya Denawa yang berubah wujud menjadi Dedari Kendran.
3. Lambang Desa
Berangkat dari opini masyarakat, lambang Dewa Indra akhirnya dijadikan sebagai lambang Desa Kenderan.
4. Kepercayaan Kuat
Kepercayaan masyarakat terhadap mitologi begitu kuat, sehingga letak geografis desa, kesuburan hingga keindahan desa digambarkan sama seperti Kraton Dewa Indra di Indraloka.
5. Patokan Proses Sejarah
Mengawali proses sejarah Desa Kenderan, ada dua lokasi yang menjadi patokan atau tanda yaitu Desa Manuaba dan Petirtaan Telaga Waja.
6. Pemukiman Kuno
Beberapa sarjana arkeologi menduga jika Manuaba merupakan pemukiman kuno, didukung ditemukannya dua Sarcophagus di Subak Uma Lawas, serta ditemukannya beberapa pecahan alat pencetak nekara perunggu di Pura Puseh, Desa Manuaba.
7. Petunjuk
Dari rekontruksi imaginatif yang telah dilakukan terhadap penemuan ini, telah memberikan petunjuk jika alat cetak ini diyakini berhubungan dengan nekara perunggu di Pura Penataran Sasih, Desa Pejeng, sedangkan Petirtaan Telaga Waja, menjadi petunjuk bahwa tempat tersebut adalah sebuah pertapaan berbentuk kuil (Wihara).
8. Terdapat Ceruk
Petunjuk adanya pertapaan dibuktikan
adanya ceruk-ceruk untuk bersemedi, beristirahat, pancuran mandi, serta pancuran air suci, dimana pada bibir ceruk paling besar ada relief berbentuk huruf.
9. Kegiatan Keagamaan
Bukti-bukti ini memberikan petunjuk bahwa sejak abad X, Telaga Waja sudah ada kegiatan keagamaan, yang berpengaruh pada budaya masyarakat Desa Kenderan.
10. Kedatangan Pendeta
Pada pemerintahan Dalem Di Made, yang beristana di Gelgel, abad XVII di Desa Manuaba telah kedatangan pendeta bernama Pedanda Sakti Buruan, merupakan pendeta yang mengutamakan kehidupan religius, serta mengabdikan hidup untuk kesejahteraan masyarakat.
11. Bukti Kemakmuran Masyarakat
Sebuah Pura dan bendungan menjadi bukti peninggalan Pedanda Sakti Buruan, sehingga kemakmuran dan kebaikan yang dilakukan pendeta ini telah membuat iri beberapa kepala wilayah, salah satunya adalah Gusti Batu Lepang.
12. Serbu Pemukiman Pendeta
Langkah pendeta Pedanda Sakti Buruan telah membuat iri Gusti Batu Lepang dengan merusak dan menyerbu pemukiman pendeta di Manuaba, yang menyebabkan Sang Pendeta hilang, sementara istri, putra-putra dan cucunya meloloskan diri ke timur.
13. Muncul Sosok Baru
Kepergian Pendeta Sakti Manuaba telah memunculkan sosok elit baru, memimpin Manuaba, yang berasal dari Kesatria Taman Bali atau dikenal sebagai Bangli.
14. Memindahkan Pusat Pemerintahan
Keberadaan sosok baru ini telah memindahkan pusat kegiatan Pemerintahan Desa Manuaba menuju Kenderan, namun tidak ditemukan catatan mengapa pimpinan baru ini memindahkan ke Kenderan.
15. Kekuasaan Kerajaan Bangli
Saat Pulau Bali pecah menjadi sembilan kerajaan kecil, kurang lebih 1651 M, Desa Kenderan masuk dalam wilayah manca agung Tegallalang, serta masuk kekuasaan Kerajaan Bangli.
16. Status Desa Kenderan
Saat itu Desa Kenderan berstatua Penggawa atau setingkat dibawah manca agung, namun diatas pembekel gede, serta pada masa ini Ksatria Taman Bali diperkirakan ditempatkan menjadi elite desa baru di Desa Kenderan.
17. Tugas Para Ksatria
Tugas Ksatria Taman Bali adalah mempertahankan tapal batas kerajaan dengan kerajaan Gianyar, namun Gianyar berhasil merebut dari kerajaan Bangli, sehingga akhirnya Desa Kenderan masuk Kerajaan Gianyar.
18. Tiga Masa
Dari jejak sejarah Desa Kenderan dapat disimpulkan, jika desa ini mengalami tiga masa yaitu masa zaman Prasejarah, masa zaman Buddha, dan masa zaman Ciwa.
19. Identitas Tersendiri
Tiga masa yang menjadi jejak sejarah Desa Kenderan menjadi identitas tersendiri bagi masyarakat, namun tradisi, bukti sejarah, arkeologi, sistem sosial termasuk upacara keagamaan terpelihara sangat baik, unik dan khas.
Sementara itu Desa Kenderan juga memiliki bentang alam persawahan yang subur, kontur variatif yang menyajikan pemandangan alam, menjadi potensi wisata besar hingga akhirnya melalui SK Bupati Gianyar tahun 2017, dijelaskan I Wayan Dumya, Ketua Pokdarwis, Desa Kenderan ditetapkan menjadi Desa Wisata Kenderan, bahkan saat ini tercatat sebagai 75 besar desa wisata yang masuk penilaian dan kriteria Anugerah Desa Wisata Indonesia atau ADWI 2023.
Semoga tulisan Desa Wisata Kenderan Gianyar Bali, jejak sejarah tak terlupakan hingga masuk 75 besar ADWI 2023 ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Silahkan share tulisan ini dan jangan lupa nantikan selalu tulisan-tulisan lain hanya di iNewsbadung.id. ***
Editor : Asarela Astrid