get app
inews
Aa Text
Read Next : Inilah Stefanus Satake Bayu, Sosok Polisi Dibalik Pemberitaan Polda Bali yang Pindah ke Jawa Tengah

Candi Dieng, Jejak dan Pusat Keagamaan Hindu di Jawa Tengah

Selasa, 21 Maret 2023 | 22:47 WIB
header img
Candi Arjuna, salah satu Candi Dieng jejak dan pusat keagamaan Hindu di Jawa Tengah. Foto : @candiarjunadieng

WONOSOBO, iNewsBadung.id - Candi Dieng, jejak dan pusat Keagamaan Hindu di Jawa Tengah ini berdiri di kompleks percandian Dieng, di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. 

Candi yang berada di ketinggian 2.000 mdpl ini sangat memesona karena  jejak peradaban dan pemandangan alamnya. 

Di dataran tinggi Dieng telah ditemukan 22 prasasti berbahasa Jawa Kuno berisi gambaran tentang Candi Dieng sebagai pusat kegiatan keagamaan atau pemujaan Hindu yang besar di Jawa tengah.

Salah satu prasasti yang ditemukan adalah Prasasti Kuti (809 M), yang menyebutkan tentang Gunung Dihyang sebagai pusat keagamaan Hindu masa Jawa Kuno di Jawa tengah. 

Dilansir iNewsbadung.id dari laman resmi kemendikbud, nama Dieng berasal dari bahasa Jawa Kuno "Di" berarti tempat atau gunung, dan "Hyang" bermakna leluhur atau dewa, sehingga Dieng (dihyang) adalah  tempat para dewa atau leluhur.

Di dataran tinggi Dieng terekam jejak kebesaran Hindu di Jawa Tengah,  dalam konsep Hindu, candi adalah replika Gunung Mahameru, tempat para dewa. 

Disamping itu, Gunung Kailasa adalah gunung suci tempat Dewa Siwa bertahta.

Dieng (Dihyang) berada di dataran tinggi dengan pemandangan elok, diibaratkan sebagai gunung suci tempat para dewa seperti Gunung Mahameru dan Kailasa India. 

Sedangkan di Dieng banyak dijumpai jejak keagamaan Hindu, masyarakat Jawa Kuno, baik berupa bangunan suci (candi) maupun bangunan profan tempat para pejiarah atau jemaat.

Candi Dieng diberi nama tokoh pewayangan, menurut Bernet Kempers, ahli purbakala Belanda, nama tersebut diberikan pada abad 19.

Saat ini hanya ada sembilan candi tersisa di Dieng, yaitu  Candi Bima, Candi Dwarawati, Candi Gatutkaca, Candi Setyaki serta Kelompok Candi Arjuna, terdiri dari Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, Candi Sembadra, dan Candi Semar.

Sementara pengaruh India sebagai asal agama Hindu terlihat jelas di Candi Dieng, salah satunya di Candi Bima, dimana bentuk atap dipengaruhi dua gaya India, gaya India Utara dan Indoa Selatan.

Gaya India Utara tampak pada atap berbentuk menara tinggi (sikhara),  sedangkan gaya India Selatan ditunjukkan adanya atap bertingkat dengan menara-menara sudut dan relung bentuk tapal kuda berhiaskan arca kudu.

Meskipun masih terpengaruh gaya India, namun hal itu menjadi satu keistimewaan yang dimiliki Candi Bima, karena sampai saat ini gabungan dua gaya itu hanya dijumpai di candi ini. 

Sayangnya Candi Bima kurang terawat, sehingga mengkhawatirkan mengingat  pengaruh uap belerang menyebabkan batu-batu penyusun candi Hindu ini menjadi sangat rapuh.

Candi Dieng lain yang menunjukkan pengaruh India adalah Candi Arjuna, hal ini terlihat dari bentuk atap bertingkat dan menara-menara di setiap tingkatan atap. 

Keistimewaan lain di Candi Arjuna adalah adanya spout makara di bawah relung dinding utara, dimana makara digunakan untuk mengalirkan air suci saat pemujaan dari bilik utama.

Candi Semar yang dibangun abad VII-VIII, juga menunjukkan pengaruh India, terbukti bentuk bangunan mandapa berfungsi sebagai tempat peziarah dalam acara prosesi keagamaan. 

Candi-candi yang dibangun seperti Candi Srikandi, mulai menunjukkan gaya lokal, terlihat relung di tubuh candi dan menara atap.

Sedangkan perkembangan gaya seni bangun selanjutnya dapat dirunut melalui Candi Puntadewa, Candi Sembadra, dan Candi Dwarawati, terlihat relung dan menara atap semakin terlihat jelas. 

Sedangkan gaya lokal Dieng ditunjukkan Candi Gatutkaca dengan relung sangat tegas dan atap menyatu dengan bangunan.

Candi-candi lain seperti Candi Parikesit, Candi Antareja, Candi Nakula, dan Candi Sadewa hanya tinggal nama atau tinggal berupa pondasi candi.

Namun, Candi Setyaki yang terletak di dekat Kompleks Candi Arjuna di tahun 2008 mulai dipugar, pemugaran masih sampai bagian kaki candi, sedangkan bagian tubuh saat ini belum ditemukan. 

Sementara Ondho Budho dan Tuk Bima Lukar, kondisinya sudah tidak lengkap lagi, sehingga konon para peziarah harus melewati tangga untuk masuk kompleks keagamaan (Ondho Budho), bersuci di pancuran air (Tuk Bimo Lukar) untuk menuju ke candi.

Bale Kambang dan Gangsiran Aswatama dahulu adalah saluran membuang genangan air. 

Dewa yang dipuja di dataran tinggi Dieng adalah Trimurti, yaitu Brahma (pencipta alam semesta), Wisnu (pemelihara isi alam semesta), dan Siwa (pengatur kembalinya isi alam semesta kepada alam keabadian), dimana ketiga dewa ini merupakan dewa-dewa utama dalam agama Hindu.

Di Jawa, sekte paling populer adalah pemujaan terhadap Siwa dan para pendampingnya (Parswadewata). 

Pemujaan terhadap Siwa di Dieng diwujudkan dalam bentuk arca,  simbolisasinya ditempatkan dalam bilik utama candi (grbagrha), diikuti dewa pendamping, terdiri dari Durga, Agastya, dan Ganesha.

Siwa digambarkan dalam berbagai perwujudan, yaitu Aniconic, yang  digambarkan berupa lingga (simbol laki-laki) yang diletakkan di atas yoni (simbol perempuan).

Wujud kedua adalah Antropomorfik digambarkan dalam bentuk manusia, contohnya arca Siwa dan Mahaguru, sedangkan Zoomorfik digambarkan dalam bentuk binatang, contoh arca Nandi.

Dari sekian banyak penggambaran Siwa di Dieng, Siwa Trisirah (Siwa diarcakan berkepala tiga) dan Siwanandisawahanamurti (Siwa diarcakan dengan posisi duduk diatas vahananya, nandi) adalah arca-arca khas Dieng. 

Beberapa tahun terakhir, BPCB Jawa Tengah bekerja sama dengan Pemkab Banjarnegara melalui Dinas Pariwisata Kabupaten Banjarnegara melakukan penataan Kawasan peninggalan agama Hindu Dieng. 

Penataan meliputi pembangunan gedung museum baru, konservasi temuan-temuan lepas yang disimpan di dalam museum lama atau Rumah Arca Dieng.

Semoga tulisan Candi Dieng, jejak dan pusat keagamaan Hindu di Jawa Tengah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. 

Nantika selalu tulisan lain hanya di iNewsbadung.id, serta silahkan share tulisan ini. ***

Editor : Bramantyo

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut