Sejarah Gereja Kristen Indonesia (GKI) Sangkrah Solo, lalui Zaman Menabur Benih Keselamatan
![header img](https://img.inews.co.id/media/600/files/networks/2023/03/18/bc434_sejarah-gereja-gki-sangkrah.jpg)
Kursi-kursi gereja serta jendela dijarah tak disisakan, namun setelah ada operasi penertiban tentara pendudukan Jepang, akhirnya barang-barang tersebut dikembalikan.
Tahun 1945, setelah Indonesia merdeka, gejolak politik dalam negeri belum reda, apalagi Belanda ingin menguasai kembali bekas jajahannya.
Tanggal 19 Desember 1948 meletuslah “clash ke-2”, tentara Belanda masuk ke Solo kembali, menyebabkan keadaan kurang aman, bahkan tempat pendeta The Tjiauw Bian dan gedung gereja pun menjadi tempat pengungsian.
Jemaat yang menghadiri kebaktian bertambah banyak karena luapan para pengungsi.
Tanggal 17-20 September 1956 dalam Persidangan Sinode ke VI di Purwokerto, langkah penting telah diambil, nama Kie Tok Kauw Hwee telah diubah menjadi Gereja Kristen Indonesia.
Di dalam nama ini tersirat tegas , bahwa Gereja Tuhan terdiri atas pelbagai etnis, suku, bahasa dan budaya dengan menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.
Editor : Bramantyo