BADUNG, iNewsbadung.id - Jelang hari raya Nyepi, umat Hindu lakukan rangkaian upacara Ini, tiga hari atau sehari sebelum melakukan Nyepi.
Hari raya Nyepi merupakan perayaan bagi umat Hindu, yang merupakan Tahun Baru Saka, dimulai sejak tahun 78 Masehi.
Salam hitungan umat Hindu, hari raya Nyepi yang berasal dari kata sepi, berarti sunyi dan senyap ini jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX), dipercaya sebagai hari penyucian dewa-dewa.
Namun untuk merayakan Nyepi, umat Hindu perlu melakukan rangkaian upacara, sebagai awal penanda akan dimulainya hari raya Nyepi.
Inilah catatan iNewsbadung, jelang hari raya Nyepi, umat Hindu lakukan rangkaian upacara Ini, dirangkum dari laman djknkemenkeu.
Upacara Melasti digelar dua sampai tiga hari menjelang Nyepi, dimana Melasti bermakna membersihkan Bhuana Alit, yakni kekuatan dalam diri manusia serta Bhuana Agung, yaitu alam semesta, yang dilakukan di segara atau laut.
Saat Melasti atau biasa disebut Melis atau Mekiyis, Pralingga-pralingga berupa Rangda, Barong, Arca, dan Pretima dibawa serta diarak berkeliling desa menuju pantai terdekat.
Upacara Melasti yang biasa menggunakan pakaian putih ini, dilakukan di setiap desa, sehingga menjelang Nyepi akan sering bertemu di sepanjang jalan.
2. Upacara Tawur Agung Kesanga
Upacara ini biasa dilakukan sehari sebelum hari raya Nyepi, dimana upacara ini dilakukan di Lapangan Puputan Badung, Denpasar.
Tawur Agung Kesanga bermakna membersihkan Jagad Bhuana Alit dan Bhuana Agung, dengan konsep Tri Hita Karana yakni menyelaraskan hubungan antara tiga elemen yaitu manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam, serta manusia dengan manusia.
Upacara Tawur Agung Kesanga adalah upacara Bhuta Yadnya, yang dilaksanakan demi kesejahteraan dan keselarasan alam.
Sementara Yadnya dilaksanakan untuk kesejahteraan alam, keseimbangan, serta keselarasan alam dengan fokus utama selama hidup di dunia.
Upacara ini memiliki makna sama dengan Tawur Agung Kesanga, tetapi upacara dalam skala kecil, yang dilakukan di rumah masing-masing.
Satu hari sebelum hari raya Nyepi, yakni pada malam hari, setelah melaksanakan Tawur Agung Kesanga, dilakukan upacara Pengerupukan, sebuah tradisi yang masih bertahan di Bali.
Saat upacara ini, ada banyak ogoh-ogoh turun ke jalan, diarak berkeliling desa, membawa obor diiringi gamelan bleganjur.
Dalam budaya Bali, ogoh-ogoh adalah karya seni patung, penggambaran Bhita Kala, representasi kekuatan alam semesta (Bhu) dengan waktu (Kala) yang tidak terukur dan tidak terbantahkan.
Ogoh-ogoh adalah lambang elemen buruk, harus dihancurkan dan membawa kembali unsur baik untuk lingkungan.
Sosok ogoh-ogoh menakutkan, menggambarkan sifat buruk di dunia, serta berukuran besar, namun akhir-akhir ini, ogoh-ogoh mengalami transformasi, karena mulai memakai mesin, dimana badannya bisa digerakkan.
Setelah rangkaian upacara dilakukan, keesokan harinya dimulai menyepi di
Tahun Baru Saka, dimana tidak ada aktivitas seperti biasa, bahkan semua kegiatan ditiadakan.
Saat hari raya Nyepi, umat Hindu melakukan "Catur Brata" dengan memperhatikan amati geni, tidak menggunakan dan menghidupkan api.
Catur Brata kedua adalah amati karya, tidak bekerja, ketiga amati lelungan, tidak bepergian dan keempat adalah amati lelanguan, yaitu tidak mendengarkan hiburan.
Proses Nyepi dimulai tepat pukul 06.00 pagi sampai 24 jam kemudian.
Semoga tulisan jelang hari raya Nyepi, umat Hindu lakukan rangkaian upacara ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, sehingga bisa memahami dan menerima keadaan di Badung, termasuk Bali, yang mayoritas memeluk agama Hindu.
Nantikan tulisan lain hanya di iNewsbadung.id, dan silahkan share tulisan ini sebagai referensi dan wacana baru. ***
Editor : Bramantyo