11. Tempat Suci
Apabila tempat suci, maka dasar banguan digali lubang untuk menempatkan padagingan, namun apabila bangunan tersebut bangunan pokok atau utama, diisi dengan padagingan pada puncak dan madya bangunan, berupa padma dari emas.
12. Daya Hidup
Langkah berikut adalah pangurip urip, dimana arang bunga digoreskan pada setiap bangunan yang melambangkan Tri Murti, Brahmana, Wisnu, dan Iswara, berarti umat Hindu Bali percaya bahwa bangunan menpunyai daya hidup.
13. Memberikan Sesajen
Rangkaian berikut adalah ngayaban banten ayaban dan ngayaban pras pamelaspas, didahului memberikan sesajen pada sanggah surya yang terbuat dari turus lumbung.
14. Ngayaban Prabot
Ngayaban caru prabot ngeteg linggih menjadi langkah berikut, apabila yang dipelaspas adalah tempat suci (palinggih).
15. Dipuput Pemangku
Saat menjalankan melaspas, biasanya dilakukan oleh pemangku, namun untuk pura dipuput oleh sulinggih.
16. Siku-siku
Sarana lain yang sering ditemukan saat melaspas menggunakan siku-siku ditempelkan di dinding bangunan, agar bangunan memiliki sikut atau ukuran yang benar.
17. Memiliki Keistimewaan
Dipakainya siku-siku karena alat pertukangan ini memiliki keistimewaan, dimana bentuknya tidak lurus, tetapi bisa meluruskan bangunan.
18. Menghindari Konflik
Tujuan digunakannya siku-siku yakni agar bangunan beraturan, serta menghindari konflik akibat tanah yang lebih.
19. Simbol Tapak Dara
Selain memakai siku-siku, terkadang juga menggunakan simbol tapak dara, dimana merupakan simbol keseimbangan antara pawongan, palemahan, dan parahyangan, agar bangunan yang telah dipelaspas selalu seimbang, serta tidak mudah roboh.
20. Dewa Pemelaspas
Saat tradisi ritual ini berjalan, yang dipuja adalah Dewa Pemelaspas, yakni Bhatara Bhagawan Biyasa, Dewa Pamakuh, serta Bhatara Bhagawan Siwakarma.
21. Pamakuh
Selanjutnya adalah pamakuh berasal dari kata kukuh berarti kuat, dimana upacara ini untuk menguatkan bangunan secara niskala agar kokoh.
Semoga pemahaman tentang filosofi dan makna melaspas, tradisi ritual di Bali yang masih dilestarikan untuk kebaikan ini bermanfaat bagi para pembaca.
Nantikan filosofi dan makna sebuah tradisi lain dari Bali ataupun daerah lain di Indonesia. ***
Editor : Dian Burhani