JAKARTA, iNewsbadung.id - Roti buaya, siapa yang tidak pernah mendengar, tentunya hampir semua orang tahu roti ini merupakan khas orang Betawi.
Roti berbentuk buaya tidak asing dalam tradisi pernikahan orang Betawi, karena roti ini selalu ada untuk hantaran pernikahan.
Roti buaya, tidak hanya lezat namun juga memiliki makna mendalam, dan inilah rangkuman iNewsbadung.id tentang roti buaya, dikutip dari dinaskebudayaan.jakarta.go.id.
1. Hukum Wajib
Seorang pria lajang yang ingin menikahi gadis perawan dari keluarga Betawi, wajib hukumnya membawa hantaran sepasang roti buaya saat seserahan.
Tidak diketahui pasti sejak kapan tradisi ini ada di Betawi, namun seserahan berupa bentuk hewan reptil ini sudah menjadi budaya turun temurun.
3. Suasana Jakarta
Suasana Jakarta dahulu dipenuhi hutan dan rawa, dikelilingi 13 sungai, dimana buaya menjadi bintang yang sering dijumpai penduduk Betawi.
Bagi masyarakat Betawi, buaya adalah sebuah cerita melegenda, karena saat itu, orang Betawi meyakini bahwa ada sepasang buaya putih, pejantan dan betina, yakni Ki Srintil dan Ni Srintil.
5. Penjaga Sungai
Dua ekor buaya putih itu dipercaya sebagai penjaga beberapa sungai atau kali yang mengelilingi Jakarta seperti Kali Lebak Bulus, Kali Cideng, dan Kali Gunung Sahari.
6. Penjaga Sumber Mata Air
Ada juga keyakinan yang menganggap buaya adalah penjaga sumber mata air, sehingga legenda ini menginspirasi dijadikannya hewan reptil buaya sebagai salah satu barang dalam tradisi hantaran lamaran.
7. Ukuran Roti
Ukuran roti buaya tergantung dari kemampuan ekonomi calon pengantin pria, biasanya berkisar antara 50 - 70 cm.
8. Jenis Kelamin
Roti buaya yang dijadikan hantaran berjumlah dua buah, dengan ukuran berbeda, dimana ukuran roti buaya besar merupakan simbol calon mempelai laki-laki, sedangkan roti buaya ukuran agak kecil, adalah simbol calon mempelai perempuan.
9. Melestarikan Tradisi
Roti buaya juga menjadi sarana masyarakat Betawi dalam melestarikan tradisi yang muncul dari cerita rakyat.
Editor : Dian Burhani