3. Masjid Sang Cipta Rasa
Masjid Sang Cipta Rasa adalah masjid tertua di Cirebon, yang dibangun pada tahun 1840 M. Konon masjid ini dibangun dengan melibatkan 500 orang yang didatangkan dari Majapahit, Demak, dan Cirebon. Di kawasan masjid atau di Beranda Utara, terdapat Banyu Cis Sang Cipta Rasa.
Ini adalah dua sumur wudhu yang pernah digunakan bersuci oleh para Wali Songo. Konon air yang mengalir dari sumur ini dapat mengobati berbagai macam penyakit dan memudahkan rezeki bagi orang yang meminumnya.
Oleh penduduk sekitar, air sumur ini tidak kalah murni dari air zamzam yang berada di Masjidil Haram. Pada hari keagamaan terutama Ramadan, sumur ini ramai didatangi warga dan menjadi daya tarik wisatawan.
4. Kereta Paksi Naga dan Kereta Jempana
Berada di dalam area Keraton Kanomanan, diketahui kereta Jempana dibuat jauh lebih lama dibandingkan kereta Paksi Naga, milik Eyang Prabu Siliwangi atau Raden Pamanah Rasa yang dibuat untuk mendampingi kereta Paksi Naga Liman. Kereta Paksi Naga diperuntukkan bagi Sri Sultan Kasultanan Kanoman.
Dari kejauhan bentuknya tampak seperti seekor kuda bersayap, tampilannya lebih mirip menggambarkan buroq, kendaraan Nabi Muhammad SAW saat peristiwa Isra Mi'raj, peristiwa besar dalam ajaran Islam.
Kepala kereta berbentuk kepala naga dengan mata melotot, mulutnya terbuka menunjukkan gigi-gigi taring, telinganya runcing, memiliki sepasang tanduk, dan mengenakan mahkota.
Memiliki sepasang gading dan hidung berupa belalai gajah mengarah ke atas sambil memegang tombak trisula. Keempat kakinya menyerupai kaki gajah. Bersamaan dengan dibuatnya kereta Paksi Naga Liman untuk Sultan, dibuat pula kereta untuk permaisuri, Ratu Dalem Kesultanan Kanoman yaitu Kereta Kencana Jempana.
Bentuknya berupa singgasana dengan ukiran bermotif wadasan (batu karang), melambangkan jiwa manusia yang harus selalu optimistis dan selalu bersyukur. Di bagian atas singgasana ada semacam payung terbuat dari logam yang dihias dengan motif mega mendung, melambangkan jiwa manusia yang bisa melindungi diri sendiri, keluarga, kerabat, dan masyarakat.
Editor : Dian Burhani