JAKARTA, iNewsbadung.id - Peninggalan sejarah Kraton Kasepuhan Cirebon masih terjaga hingga saat ini. Keberadaan Keraton Cirebon tidak lepas dari sosok Sunan Gunung Jati.
Keraton Kasepuhan ini merupakan salah satu kerajaan Islam di Pulau Jawa yang berdiri antara abad ke-15 hingga abad ke-17, didirikan oleh Raden Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana. Pangeran Cakrabuana bersemayam di Dalem Agung Pakungwati, Cirebon.
Keraton Kasepuhan mulanya bernama ‘Keraton Pakungwati’. Sebutan tersebut berasal dari nama Ratu Dewi Pakungwati binti Pangeran Cakrabuana yang menikah dengan Sunan Gunung Jati.
Dia wafat pada 1549 dalam Mesjid Agung Sang Cipta Rasa, dalam usia yang sangat tua. Namanya diabadikan dan dimuliakan, oleh nasab Sunan Gunung Jati sebagai nama Keraton Pakungwati yang sekarang dikenal dengan Keraton Kasepuhan.
Berikut ini ulasan jejak sejarah Keraton Kasepuhan Cirebon yang masih tersisa dirangkum dari berbagai sumber :
1. Keraton Kasepuhan Cirebon
Posisi dari bangunan Keraton Kasepuhan menghadap ke arah utara, menjadi ciri khas bangunan keraton yang di dekatnya ada masjid. Keraton Kasepuhan juga berkaitan dengan runtuhnya kerajaan Cirebon pada masa pemerintahan Panembahan Ratu II atau Pangeran Rasmi yang diasingkan karena diduga bersekongkol dengan Banten untuk menjatuhkan kekuasaannya di Mataram.
Pengambilalihan sepihak ini memicu amarah Sultan Ageng Tirtayasa yang berkuasa di Banten masa itu. Dia juga membagi Kasepuhan Cirebon menjadi tiga, lantaran konflik internal, yaitu Keraton Kanoman, Keraton Kasepuhan, dan Panembahan Cirebon itu sendiri.
2. Keraton Kanomanan
Terletak tak jauh dari Kasepuhan Cirebon, yaitu di jalan Winaon Kampung Kanoman, Kota Cirebon. Berdiri di lahan seluas 6 hektare dan terdiri dari toga bagian. Di paling depan terdapat bangsal yang digunakan sebagai tempat pentas, sekaligus menyimpan gamelan dan peralatan pentas milik kesultanan.
Beralih ke bagian tengah Keraton Kanoman terdapat bangunan bernama Jinem, yang digunakan untuk penobatan Sultan. Di bagian terakhir atau di belakang, ada rumah Sultan dan bangunan Keputran yang menjadi tempat tinggal putra dan putri kerajaan.
Editor : Dian Burhani