Selama tinggal di Demak, Pangeran Samudro belajar ilmu agama islam dengan bantuan dari dari Sunan Kalijaga. Setelah dirasa cukup, pangeran Samudra diminta untuk menimba ilmu agama Islam kepada Kyai Ageng Gugur dari Desa Pandan Gugur di lereng Gunung Lawu.
Setelah direnovasi, Gunung kemukus jadi tempat wisata keluarga (Foto: Tangkapan layar Youtube)
Sekian lama menimba ilmu dan dirasa cukup, akhirnya Pangeran Samudra berniat pulang kembali ke Demak.
Dalam perjalanan pulang mereka melewati Desa Gondang Jenalas (sekarang wilayah Gemolong) niatnya hanya berhenti sejenak untuk beristirahat. Namun akhirnya Pangeran Samudro tinggal lebih lama lagi untuk mensyiarkan agama Islam di Desa tersebut.
Setelah dirasa cukup, perjalanan di lanjutkan kembali, namun dalam perjalanan tersebut, Pangeran Samudra jatuh sakit. Karena tak kuat menahan sakit akhirnya berhenti di Dukuh Doyong (sekarang wilayah Kecamatan Miri) dan akhirnya Pangeran Samudro meninggal dan jasatnya dimakamkan di perbukitan dukuh Miri.
Oleh masyarakat lokasi bekas perawatan/peristirahatan Pangeran Samudro didirikan desa baru dan diberi nama “Dukuh Samudro” yang sampai kini terkenal dengan nama “Dukuh Mudro”.
Semula makam Pangeran Samudro masih sangat sepi karena masih berupa hutan, dan masih banyak dihuni oleh binatang-binatang buas.
Lambat laun masyarakat mulai mulai banyak mendiami desa tersebut. Dan asal usul nama gunung kemukus karena masyarakat sering melihat diatas bukit tempat makam Pangeran sering terlihat kabut hitam seperti asap yang berbentuk kukusan (tempat mengukus nasi terbuat dari bambu).
Kabut itu terlihat menjelang musim hujan atau musim kemarau, muncul seperti asap (kukus)," jelasnya. Sebab itulah sampai saat ini gunung tempat lokasi makam Pangeran Samudra dikenal dengan nama Gunung Kemukus.
Selain makam Pangeran Samudro di lokasi tersebut juga terdapat Sendang Ontrowulan. Konon sendang tersebut merupakan tempat membersihkan diri ibu Pangeran Samudra yang bernama R.Ay. Ontrowulan sebelum masuk ke makam putranya. Dan sampai saat ini sendang tersebut diberi nama sendang ontrowulan.
Editor : Dian Burhani