Sebagai bayarannya penduduk yang diwakili oleh kepala kampung berjanji akan menyediakan makanan yang banyak kepada Kebo Iwa. Sang raksasa pun tergiur dengan tawaran penduduk desa dan bersedia untuk membangun kembali rumah-rumah dan pura yang telah dirusaknya dalam waktu singkat.
Di saat yang sama, para penduduk desa disebutkan mengumpulkan kapur dalam jumlah yang banyak. Kemudian ketika Kebo Iwa sedang sibuk menggali sumur, dengan menggunakan kedua tangannya langsung untuk menggali tanah.
Perlahan-lahan, sumur yang digali pun semakin dalam. Sesekali sang raksasa disebutkan beristirahat di dalam sumur ketika siang hari. Kebo Iwa tubuhnya merasa panas akibat tercampurnya kapur dengan air, hingga disebutkan sang raksasan akhirnya mati tenggelam terkubur di dalam sumur yang ia gali sendiri.
Hal itu akibat air yang bercampur dengan kapur dan menciptakan panas yang melepuhkan kulit. Lama kelamaan air sumur terus mengalir deras lalu meluap dan banjir melanda desa tempat tinggal warga.
Luapan sumur yang terus mengalir itu berubah menjadi danau yang kini di sebut Danau Batur. Sedangkan tumpukan tanah yang digali dari sumur tersebut menjadi sebuah gunung yang dinamai Gunung Batur.
Kisah cerita rakyat ini diyakini oleh masyarakat sekitar sebagai asal-usul terbentuknya danau dan Gunung Batur Namun, jika ditelisik dari sisi ilmu ilmiah, proses terbentuknya Danau Batur dikarenakan dua letusan Gunung Batur tua yang memiliki ketinggian lebih dari 3.000 meter di atas permukaan laut.
Gunung Batur tua meletus sekitar 29.300 tahun yang lalu dan menghancurkan separuh bagian gunung bagian atas. Letusan dahsyat tersebut mengakibatkan oleh amblasnya dasar Gunung Batur. Ukuranya 13,8 kali 10 kilometer persegi melingkar dengan diameter 7,5 kilometer lalu membentuk dinding terjal sedalam kira-kira 400 meter, hingga muncul kaldera yang pertama.
Selanjutnya letusan kedua yang terjadi sekitar 20.150 tahun yang lalu dari kawasan pusat kaldera dan Danau Batur. Letusan ini memicu kembali amblasnya dasar Gunung Batur yang membentuk kaldera melingkar di dalam kaldera pertama, terjadilah kaldera kedua yang membentuk topografi dinding terjal sedalam rata-rata 200 meter.
Bagian daerah terendah Gunung Batur inilah yang kemudian membentuk menjadi danau yang disebabkan proses akumulasi air hujan yang sekarang dikenal sebagai Danau Batur.
Editor : Bramantyo