BADUNG, iNewsbadung. id - Tari Kecak, salah satu tarian khas pulau Bali. Tari Kecak ini biasanya digelar di beberapa titik obyek wisata andalan di pulau 1000 pura ini.
Salah satunya di Pura Ulu Watu. Setiap pertunjukan yang digelar selama 1 jam ini, mampu menarik minat sekitar 1.200 wisatawan, baik asing maupun domestik.
Padahal kapasitas dimana pertunjukan itu digelar hanya 750 penonton. Praktis lokasi pertunjukan kerap penuh sesak, menunjukkan antusiasme tinggi terhadap tarian ini.
Ia mengatakan turis mancanegara yang paling banyak melihat pertunjukan tari kecak berasal dari India.
"Banyaknya turis india tertarik menikmati tarian kecak bali karena adanya kesamaan cerita berkaitan cerita sejarah ramayana, " ujarnyam
"Ya dari kemarin tahun 2021 sampai 2022 kebanyakan tamu mancanegara dari India. Jadi mereka tertariknya karena kita ada satu kemungkinan sama ya cerita tentang Ramayana," imbuhnya.
Meski tanpa ada alunan musik yang mengiringi tari selama pertunjukan, pertunjukan tari kecak ini tak pernah sepi.
Riibuan wisatawan selalu memadati tribun penonton tari kecak di Daya Tarik Wisata (DTW) Uluwatu, Desa Pecatu, Kuta Selatan, Bali.
Termasuk rombongan Diskominfo Karanganyar bersama awak media, Selasa 5 November 2024 ini pun berkesempatan melihat dari dekat pertunjukan tari kecak di Pura Ulu Watu.
Sekretaris Grub Kecak Uluwatu, kadek Sila Arsa menjelaskan, awalnya jumlah penari yang ikut di pertunjukan tari kecak itu berjumlah 300 orang.
Namun jumlah itu mengalami penyusutan 200 orang. Sebelum akhirnya jumlah orang yang terlibat di tari kecak ini hanya 100 orang.
Itupun sudah termasuk penari hingga kru lapangan. Seluruhnya merupakan warga desa Pecatu, Kuta Selatan.
"Awalnya 300 orang terus turun jadi 200 orang. Turun lagi jadi 100 orang sampai sekarang. Penurunan ini besar terjadi karena mungkin mereka agak bosan. Mayoritas warga sekitar, dan setiap pertunjukan ada 10 pemeran utamanya, belum lagi kecaknya sekitar 50 sampai 60 dan sisanya bertugas di luar, ya kita begitu setiap hari," terang kadek Sila Arsa pada wartawan, belum lama ini.
Ia mengatakan pertunjukam tari kecak di obyek wisata Uluwatu ini sudah dirintis sejak tahun 1996. Meski sempat terdampak covid, kini tari kecak Uluwatu sudah mempi menghibur penonton dua kali dalam sehari.
"Karena permintaan semakin meningkat, artinya tamu domestik biar tidak rugi ke sini, maka pertunjukan jadi dua kali. Pertunjukan pertama, jam 06.00 sampai jam 07.00. Selanjutnya pertunjukan kedua jam 07.15 sampai jam 8," ujarnya.
Kadek Sila mengatakan, selain pertunjuka tari kecak, obyek wisata Uluwatu juga dikenar dengan julukan Five Wonderfull Uluwatu dengan suguhan pemandangan alam laut dengan dipadu pertunjukan memukau.
"Ya kalau di objek wisata Uluwatu nih dikenal dengan five wonderful gitu ya. Disini ada kesini bisa melihat pure, ada tebing, ada monyet ada Sunset, Dan juga ada tari kecaknya," ujarnya.
Dikatakan Kadek Sila, hanya dengan tiket seharga 150 ribu, wisatawan asing dan domestik sudah dapat menikmati kemeriahan tarian kecak Uluwatu.
"Kalau harga tiketnya sama sama 150 semua harganya sama semua," katanya.
Digelar di Candi Cetho atau Sukuh
Membayangkan Tari Kecak atau Sendratari Ramayana digelar di Candi Ceto atau Candi Sukuh di Ngargoyoso, Karanganyar, mungkinkah itu menjadi kenyataan?
Bisa saja tarian serupa seperti tari kecak digelar di dia candi terbesar di Karanganyar, yakni Candi Cetho dan Candi Sukuh.
Namun menurut salah satu pemandu wisata yang mendampingi rombongan wartawan di pulau Bali Dayu mengatakan candi Cetho yang paling pas untuk digelar pertunjukan tari kecak.
Pasalnya, Candi Cetho memiliki sejarah yang erat dengan tradisi Hindu, terutama saat era Majapahit.
Ketika kerajaan Hindu mulai terdesak oleh kehadiran Kerajaan Demak yang beragama Islam, sebagian masyarakat Hindu Majapahit berpindah ke wilayah Ngargoyoso dan mendirikan Candi Ceto serta Candi Sukuh.
Hingga kini, beberapa wilayah di Ngargoyoso dan Jenawi masih dihuni oleh warga Hindu. ***
Editor : Bramantyo
Artikel Terkait