KLATEN, iNewsbadung.id - GKJ Prambanan terletak di Kota Klaten bagian barat, berdiri megah di tepi Jalan Raya Solo - Yogyakarta, tidak jauh dari Candi Prambanan, di mana pada 12 Januari 2023 lalu, GKJ Prambanan genap berusia 99 tahun.
Hampir satu abad GKJ Prambanan tidak hanya menjadi saksi masa-masa revolusi dan perang kemerdekaan, tetapi GKJ Prambanan juga menjadi saksi dan bukti jejak sejarah kekristenan di bumi Klaten .
Dilansir iNewsbadung.id dari buku Sejarah GKJ Prambanan, babakan baru penginjilan di tanah Jawa dimulai pada tahun 1891 dan 1892 saat Nederlandsche Gereformeede Zending Vereniging (G.Z.V) dan Nederlandsche Zending Genootschap (N.Z.G) meminta izin kepada Gubernur General J.B Van Heutz untuk memberitakan Injil dan mendirikan Zending Hospitaal di Surakarta, namun permohonan tersebut ditolak.
Begitu juga dengan permohonan jemaat Gereformeede pada tahun 1904 juga ditolak Pemerintah Hindia Belanda di Indonesia. Alasan penolakan Penguasa Belanda terhadap penyebaran Injil kepada orang-orang Jawa karena Penguasa Belanda khawatir penyebaran Injil itu akan berakibat orang-orang Jawa menjadi sederajad dengan orang Belanda.
Disampig itu, penguasa Belanda juga takut dengan Penyebaran Injil itu akan berakibat orang-orang Jawa tidak mau membayar pajak dan bekerja untuk Belanda. Namun perintis-perintis Pekabaran Injil di tanah Jawa ini tidak pernah menyerah. Pada tahun 1823 Ds.G.Bruckner menyalin Kitab Injil Markus ke dalam Bahasa Jawa. Buku ini sangat berharga, namun dilarang Penguasa Belanda.
Namun begitu, Yohanes Emde bersama istrinya yang orang Jawa dan anak perempuannya, diam-diam ikut membantu membagikan Kitab Injil Markus tersebut.
Akibatnya Yohanes Emde pun berkali-kali harus masuk penjara. Jerih payah Yohanes Emde tidak sia-sia, berkat usahanya pula secara tidak langsung pada tahun 1844 ada 10 orang Jawa menerima Pemandian Kudus, yang terkenal diantaranya adalah Singotaruno (Kiai Yakobus), Ditotaruno (Kiai Abisai), Tosari (Paulus Tosari), dan Kunto (Eliazar).
Sementara Pekabaran Injil di wilayah Prambanan sendiri tidak dapat dilepaskan dari peran Pendeta Ds. H.A. Van Andel yang memperluas wilayah Pekabaran Injil di daerah Klaten. Dalam melakukan misinya, Van Andel dibantu orang-orang Jawa yang telah menerima Injil Kristus dan kemudian dididik secara serius oleh Van Andel untuk menjadi Guru-Guru Injil. Mereka adalah, Stefanus Arun, R.M. Ismangun Martobusono, Eliezer, Yerobeam, Yonatan, dan Martorejo.
Guru Injil Martorejo menangani Pekabaran Injil di Pedan, sedangkan R.M. Ismangun Martobusono di daerah Polan, Juwiring, dan Wonosari. Pada tahun 1920, Ismangun Martobusono mengkhususkan pelayanannya di wilayah Prambanan, yang meliputi daerah Kongklangan, Taji, Drini, Manisrenggo, Remeng, dan Mlipitan.
Semangat keteladan Pekabaran Injil dari R.M.Ismangun Martobusono kiranya pantas menjadi inspirasi dan teladan bagi kita semua, betapa tidak, untuk tujuan mengabarkan berita keselamatan itu, Ismangun harus berjalan kaki diatas jalanan becek dan berbatu dan jaraknya pun amat berjauhan, maka tidak jarang Ismangun harus bermalam dalam menjalankan amanat agung Yesus.
Buah pekerjaan R.M.Ismangun tidaklah sia-sia dan benar-benar indah pada waktunya. Pada tanggal 9 Desember 1923 di pos pelayanan Candi Sewu diadakan pelayanan “baptis suci” atas diri mbok Wongsorejo, Yatinem, dan Marinem. Peristiwa itu pun segera membangkitkan saudara-saudara seiman lainnya untuk mendapatkan tanda baptis suci.
Wilayah Prambanan pun panen atau menuai jiwa-jiwa baru yang ingin mendapatkan tanda baptis suci, maka pada tanggal 19 Januari 1924 di Desa Drini telah dibaptiskan pengikut-pengikut Kristus yang baru atas diri Bapak Tiwongso, Slamet, Wasiman, Sinem, Wongsorejo, Djuremi, Radjikem, Ranusetiko, mbok Ranusetiko, Soegito, dan Dipopawiro.
Sejak 19 Januari 1924 itulah, masyarakat Prambanan mengakui adanya “Guyuban Orang-Orang Kristen” atau “Kempalanipun Tiyang-Tiyang Kristen”. Guyuban itu kemudian diberi nama “Guyuban Drini” atau “Guyuban Prambanan. Guyuban Prambanan inilah yang pada akhirnya menjadi “cikal bakal” atau embrio lahirnya GKJ Prambanan, dan tanggal 19 Januari 1924 saat diadakan “sakramen Baptis Suci” yang pertama akhirnya dipakai sebagai Hari Jadi GKJ Prambanan. ***
Editor : Asarela Astrid
Artikel Terkait