BADUNG, iNewsbadung.id - Pura Kereban Langit, jejak sejarah hingga kepercayaan masyarakat akan hadirnya keturunan akan diulas dalam tulisan ini.
Meskipun belum ada kepastian kapan berdirinya Pura Kereban Langit ini, namun dapat dipastikan jika gua tempat pura ini ditemukan abad XI, saat Bali dipimpin Raja Sri Udayana, sehingga pura ini dapat dikatakan sebagai peninggalan sejarah Bali kuno.
Terkait Pura Kereban Langit, jejak sejarah hingga kepercayaan masyarakat akan hadirnya keturunan, inilah catatan iNewsbadung.id dari Bali Tours Club.
Prasasti Sading berangka Isaka 923 atau 1001 tahun Masehi dalam masa pemerintahan Raja Sri Udayana, keberadaan goa tersebut sudah disebutkan.
2. Perubahan Nama Desa
Tahun 1076 masehi, saat Desa Bantiran berubah menjadi Desa Sading, muncullah nama Kereban Langit.
3. Permohonan Ayahanda Raja Kembar
Sebelum kelahiran raja kembar Sri Maharaja Masula dan Sri Masuli memerintah Bali, ayahandanya memohon kepada Ida Bhatara Gunung Agung (Toh Langkir), memohon anugerah Ida Bhatara agar permaisurinya segera memiliki anak, karena lama belum dikarunia anak.
4. Petunjuk Mencari Tirta
Saat itu Raja mendapatkan petunjuk agar mencari Tirta Salaka, sehingga ia
mengutus seorang brahmana agar menemukan tirta, hingga sampailah di sebuah gua Kereban Langit, dimana di gua ada seorang pertapa. Brahmana pun menceritakan tujuan dan akhirnya diketahui bahwa ada sebuah mata air di dalam Gua Kereban Langit dengan air suci yakni Tirta Salaka.
5. Air Suci untuk Permaisuri
Air suci Tirta Salaka tersebut akhirnya diberikan kepada permaisuri, hingga akhirnya sang permaisuri hamil, melahirkan anak kembar buncing bernama Sri Masula dan Sri Masuli.
6. Dipercaya Memberikan Anugerah
Sejak saat itu, Pura Kereban Langit dengan air suci yang mengalir di dalam gua tersebut dipercaya dapat memberikan anugerah bagi mereka yang belum memiliki keturunan atau kesulitan memiliki anak.
7. Tempat Melukat
Pura Kereban Langit memiliki tempat melukat, di sebelah selatan pura terdapat sebuah beji yang memiliki lima buah pancuran dengan air jernih dari mata air alami, dimana sebelum memulai sembahyang, umat akan membersihkan diri serta mensucikan diri di pancuran.
8. Untuk Pelinggih
Jika ingin memohon atau nunas anugerah, dihimbau membawa satu buah pejati untuk pelinggih dalam gua, serta memperbanyak membawa canang sari untuk pelinggih di areal pura atau tempat (genah) melukat di pancuran.
9. Piodalan
Pelaksanaan piodalan di pura ini bertepatan pada hari Buda Wage Ukir dan hari raya lain seperti Saraswati, Siwarati, Banyupinaruh, Purnama dan Tilem, sehingga banyak warga datang bersembahyang.
10. Menarik dan Berbeda
Saat bersembahyang di pura ini, ada yang menarik dan berbeda yakni jro Mangku tidak menggunakan genta saat pelaksanaan yadnya.
11. Mudah Dijangkau
Meskipun terletak di pinggir sungai, dekat hamparan sawah dan jauh dari keramaian, namun lokasi Pura Kereban Langit mudah dijangkau, dimana jarak dari pusat Kota Denpasar kurang lebih 11 km, atau 3 km dari Puspem Badung, Kabupaten Badung.
Semoga tulisan terkait Pura Kereban Langit, jejak sejarah hingga kepercayaan masyarakat akan hadirnya keturunan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Silahkan share tulisan ini dan nantikan tulisan-tulisan hanya di iNewsbadung.id, agar semakin banyak orang mengetahui informasi tentang Bali terkhusus Badung dengan benar dan baik. ***
Editor : Asarela Astrid
Artikel Terkait