Sejarah Masjid Saka Tunggal Baitussalam, Tertua dan Bukti Masuknya Islam di Indonesia

Airlangga Maryanto
Masjid Saka Tunggal Baitussalam, Banyumas, tampak dari depan. Foto : BPCB Jateng

BANYUMAS, iNewsbadung.id - Sejarah Masjid Saka Tunggal Baitussalam, tertua dan bukti masuknya Islam di Indonesia ini patut untuk diketahui. 

Selain menarik, keberadaan Masjid Saka Tunggal Baitussalam di Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah ini menjadi jejak Islam di Indonesia. 

Berikut sejarah Masjid Saka Tunggal Baitussalam, tertua dan bukti masuknya Islam di Indonesia, dirangkum iNewsbadung.id dari laman Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jateng. 

Masjid Saka Tunggal Baitussalam adalah penanda otentik jejak sejarah masuknya Islam di berbagai penjuru tanah air, sebagai salah satu jejak sejarah tua bukti masuknya Islam di Indonesia. 

Masjid tertua di Indonesia ini dibangun tahun 1288 M (akhir Mataram Kuno), memiliki keunikan, yakni bangunan masjid hanya ditopang satu tiang atau penyangga tunggal.

Keunikan inilah yang akhirnya melahirkan nama Masjid Saka Tunggal, yang dibangun di tempat suci sebelum masuknya pengaruh Hindu Buddha, yaitu tempat pemujaan di zaman prasejarah.

Hal ini dapat dilihat di sekitar masjid terdapat sebuah batu Menhir, atau salah satu media penghormatan nenek moyang masa prasejarah. 

Salah satu tampilan asli masjid yang berlokasi di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon yang belum hilang adalah saka tunggal, di tengah-tengah bangunan masjid. 

Saka tunggal tersebut dibuat dari galih kayu jati berukir motif bunga warna-warni, dengan bagian pangkal berdiameter sekitar 35 cm. 

Saka ini berdiri hingga diatas wuwungan berbentuk limas, seperti wuwungan masjid Agung Demak, dimana bagian atas saka ini terdapat tulisan angka 1288, tertulis dengan huruf hijaiyah. 

Angka tahun ini cukup menimbulkan kontroversi, apakah tahun itu termasuk tahun masehi atau hijaiyah, karena jika  masuk tahun masehi, berarti masjid tersebut adalah masjid tertua di Indonesia, dibangun jauh sebelum masa walisongo. 

Keunikan lain masjid ini adalah pada bangunan saka tunggal terdapat empat helai sayap dari kayu di tengah saka, dimana empat saka menempel melambangkan papat kiblat lima pancer atau empat mata angin dan satu pusat. 

Papat kiblat lima pancer berarti manusia sebagai pancer di kelilingi empat mata angin yang melambangkan api, angin, air dan bumi. 

Papat kiblat lima pancer juga bisa diartikan sebagai empat nafsu dalam manusia, dimana dalam terminologi Islam Jawa, sering dirinci dengan istilah aluamah, mutmainah, sopiah, dan amarah. 

Empat nafsu ini selalu bertarung mempengaruhi watak manusia, sehingga empat mata angin ini berarti bahwa hidup manusia harus seimbang.

Keaslian sejarah lain yang masih terpelihara di Masjid Saka Tunggal adalah ornamen di ruang utama, khususnya di mimbar khotbah dan imam.

Ada dua ukiran di kayu bergambar nyala sinar matahari yang mirip lempeng mandala, dimana gambar seperti ini banyak ditemukan pada banguan-banguan kuno era Singasari dan Majapahit.

Selain itu atap berbentuk seperti bangunan pura Majapahit atau tempat ibadah Hindu di Bali, tempat wudhu pun masih bernuansa zaman awal didirikan, meskipun dindingnya sudah diganti tembok. 

Terkait makna penamaan Saka Tunggal atau satu tiang (tunggal dalam bahasa Jawa), konon berjumlah tunggal atau yang melambangkan Allah SWT tiada duanya.

Semoga tulisan Sejarah Masjid Saka Tunggal Baitussalam, tertua dan bukti masuknya Islam di Indonesia ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Nantikan selalu tulisan lain hanya di iNewsbadung.id dan silahkan share tulisan ini. 

Editor : Bramantyo

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network