SOLO, iNewsbadung.id - SD Pangudi Luhur Santo Timotius Solo ajak siswa membatik, tetap bahagia meski terkena tetesan malam atau lilin malam.
Ya, mengisi kegiatan mid non tes, untuk pelajaran P5 atau Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, para siswa SD Pangudi Luhur Santo Timotius Solo praktek membatik.
Bertema Aku Membatik, Aku Bahagia, siswa-siswi kelas empat dari A hingga F terlihat antusias membatik, memperhatikan tim dari Batik Laweyan.
Siswa-siswi tidak hanya memperhatikan, namun saat mempraktekkan di lembar kain seukuran 30 x 30 cm, siswa-siswi pun tampak percaya diri.
Nguri-uri atau melestarikan tradisi dan budaya, merupakan salah satu hal yang diajarkan SD Pangudi Luhur Santo Timotius Solo, terlebih sekolah ini mengedepankan penciptaan nilai hidup, sehingga siswa memiliki pondasi yang kuat.
T. Marsono Adi Wiryono, Kepala Sekolah SD Pangudi Luhur Santo Timotius, saat dijumpai iNewsbadung.id beberapa waktu lalu mengatakan, jika salah satu kunci semakin majunya sekolah ini adalah
mengenalkan tradisi dan budaya.
Menurut Mr. Adi, demikian pria berkacamata ini biasa dipanggil, tradisi dan budaya adalah lokalitas yang sangat kuat dipegang, hingga sekolah ini mencapai usia sebad.
Sekolah yang memiliki 20 ekstrakurikuler ini diakui Adi karena kekuatan pondasi yang diberikan untuk siswa-siswi tidak hanya terbentuk dari pengetahuan atau knowledge, tetapi juga nilai hidup, agar lulusannya bisa bertahan hidup ke depannya.
Sementara kegiatan membatik yang digelar Senin (20/3/2023) ini merupakan bukti keseriusan sekolah untuk memperkenalkan batik kepada para siswa, terlebih mengundang guru dari pelaku batik yang berada di sentra batik, yakni Kampung Batik Laweyan.
Selain terkenal di tingkat lokal dan nasional, Kampung Batik Laweyan juga terkenal hingga mancanegara dengan kualitas batik, yang tidak dapat dianggap remeh.
Kehadiran tim Batik Laweyan ini sekaligus menjadi angin segar bagi para siswa untuk menumbuhkan minat melestarikan seni batik.
Diakui M. Aprilia Husadani S.Pd, koordinator kegiatan membatik kelas empat menjelaskan, dipilihnya kegiatan ini untuk memperkenalkan budaya dan kearifan lokal.
Tidak hanya itu, membatik juga melatih kesabaran, motorik tubuh serta merangsang kreatifitas anak.
Senada dengan Aprilia, Koordinator Tim Batik Laweyan, Widhiarso,
saat mendampingi kegiatan tersebut mengatakan jika kegiatan yang diselenggarakan di halaman sekolah ini bertujuan memperkenalkan budaya batik kepada para siswa, dari proses awal hingga akhir.
Untuk mendapatkan hasil akhir yakni kain batik yang baik, membutuhkan proses panjang, dimulai dari menggambar pola di kain, melukis pola dengan "malam" membilas kain untuk menghilangkan "malam", hingga menjemur.
Dibutuhkan kesabaran, ketekunan dan kreatifitas dalam membatik, bahkan untuk pembatik pemula, sering terkena tetesan "malam" yang panas, seperti dialami Sifra Benetta, murid kelas 4A yang mengalami kena tetesan.
"Kaget ya, saat terkena tetesan "malam", karena rasanya panas, tapi saya tidak menyerah, karena bahagia bisa belajar membatik," ujarnya seusai membatik.
Untuk mendukung kegiatan membatik ini, para murid sudah menyiapkan berbagai peralatan dari rumah, yakni celemek, kuas, kuas, pensil warna, kain lap dan kertas koran.
Penggunaan pensil warna dan pewarna non bahan batik digunakan sebagai modifikasi batik, sedangkan pola gambar, sudah dibuat murid-murid di sekolah, beberapa waktu lalu.
Setelah proses membatik dengan "malam" selesai, proses selanjutnya yang diajarkan adalah menjemur kain.
Kegiatan ini, diharapkan agar para generasi penerus tertarik melestarikan batik, sebagai salah satu warisan budaya nusantara, serta mampu menuangkan kreatifitas dengan baik di bidang batik agar batik semakin berjaya, di tingkat lokal, nasional maupun internasional.
Semoga tulisan SD Pangudi Luhur Santo Timotius Solo ajak siswa membatik, tetap bahagia meski terkena tetesan "malam" ini dapat bermanfaat.
Nantikan tulisan lain hanya di iNewsbadung.id dan silahkan share tulisan ini. ***
Editor : Bramantyo
Artikel Terkait