Tragedi Masjidil Haram, Kemunculan Imam Mahdi Palsu Saat Tragedi Berdarah 1979

Umaya Khusniah/Bramantyo
Juhaiman al-Utaibi memimpin penyerangan dan kudeta Masjidil Haram

RIYADH, iNewsbadung.id - Masjidil Haram jadi saksi insiden berdarah penyerangan dan kudeta yang dilancarkan sebuah kelompok radikal pimpinan Juhaiman al-Utaibi (43). 

Juhaiman al-Utaibi (43) sendiri Mantan tentara Saudi National Guard dengan pangkat kopral itu telah bergabung dengan kelompok ultrakonservatif muslim Sunni yaitu Al-Jama’a al Salafiya al-Muhtasiba (JSM) yang kerap mengkritik kerajaan.

Dalam insiden berdarah yang terjadi pada 20 November 1979, sebanyak 255 jemaah haji tewas, 560 orang terluka. Selain itu, 127 tentara tewas dan 451 lainnya terluka.

Penyerangan kelompok radikal pimpinan Juhaiman al-Utaibi itu disebabkan pandangan kelompok tersebut, yang menilai kerajaan Arab Saudi telah bertingkah terlalu hedonis dan terpengaruh budaya Barat.

Itu dikarenakan pemerintah telah mengizinkan perempuan tampil seperti menjadi pembawa acara TV, mengemudi mobil hingga menonton bioskop. 

Atas dasar kebencian tersebut, Juhaiman merencanakan penyerangan dan kudeta di Masjidil Haram. Dia sengaja melancarkan serangan saat 50.000 jemaah usai melaksanakan salat subuh. 

Setelah salat, tiba-tiba terdengar suara tembakan. Di tengah keributan dan kepanikan jemaah, Juhaiman al-Utaibi beserta 200 pasukannya merangsek maju ke Ka’bah.

Imam Salat Subuh kala itu, Muhammad bin Subail segera diringkus dan disandera. Kudeta dimulai dengan keranda jenazah yang tiba-tiba diarak menuju pelataran Ka’bah.

Tak ada yang tahu ternyata keranda jenazah tersebut berisi pistol dan senapa yang selanjutnya segera didistribusikan pada kelompok pemberontak.

Dilansir dari Ventour, senjata-senjata itu telah dipasok dan ditimbun sebelumnya di dalam kamar-kamar yang ada di Masjidil Haram. Kamar-kamar itu dipakai oleh orang Yaman yang bekerja membagikan air zamzam. 

Selain di kamar, senjata-senjata itu juga disembunyikan di dalam gerobak sayuran dan buah milik para pedagang yang biasa berjualan di sekitar Masjidil Haram.

Tak lama, Juhaiman mikrofon dan berbicara dengan lantang. Dia mengumumlkan jika Imam Mahdi telah tiba dan ada di kelompok mereka.

"Rekan-rekan muslim, kami mengumumkan hari ini kedatangan Mahdi, yang akan memerintah dengan keadilan dan keadilan di bumi setelah dipenuhi dengan ketidakadilan dan penindasan!" katanya.

"Laki-laki baik itu sekarang ada di sini bersama kita, dan dia akan membawa keadilan ke dunia, setelah dipenuhi ketidakadilan. Jika ada yang meragukan, silakan ke sini memeriksa. Kami semua adalah saudara kalian!” seru Juhaiman.

Ternyata, Imam Mahdi yang dimaksud hanya seorang mahasiswa bernama Muhammad bin Abdullah Al-Qahtani. Dia direkrut oleh Juhaiman dan dianggap Imam Mahdi karena memiliki ciri-ciri seperti yang terdapat pada Imam Mahdi dalam hadits. 

Ciri-ciri yang dimaksud di antaranya, nama yang mirip Nabi Muhammad, berdahi lebar, dan memilki hidung mancung.

Juhaiman lalu mengajak seluruh umat Islam untuk berbaiat pada Imam Mahdi tepat di sisi Kabah, seperti yang ada di dalam hadits.

Untuk mengamankan aksinya, Juhaiman ternyata telah menempatkan sejumlah penembak jitu di setiap puncak menara Masjidil Haram. Mereka bertugas untuk menembaki pihak luar yang mencoba mendekat.

Selain itu, dia juga memerintah semua pintu Masjidil Haram ditutup. Perintah lain yakni, anggotanya dipersilakan menembak siapa pun yang melawan. 

“Jika kalian melihat tentara pemerintah hendak melawan, tembaklah, karena ia ingin membunuhmu! Jangan ragu!” kata Juhaiman.

Sekitar satu jam, Juhaiman dan kelompoknya berhasil menguasai Masjidil Haram. 

Menghadapi kudeta itu, pemerintah Arab Saudi menutup akses berita peliputan dari dunia luar, agar tak ada informasi dan teror yang semakin menjadi. Bahkan, Arab Saudi juga ditutup untuk turis dan jurnalis mancanegara.

Para ulama saat itu harus mengeluarkan fatwa terkait dengan pembalasan serangan ke Masjidil Haram. Hingga akhirnya diputuskan, militer Arab Saudi diperbolehkan menggunakan kekuatan untuk merebut kembali Masjidil Haram dari tangan pemberontak.
 
Militer mengerahkan kendaraan lapis baja, militer bersenjata, serta helikopter dikerahkan untuk mengepung Masjidil Haram. Arab Saudi juga meminta bantuan dari unit komando Pakistan, Prancis, dan Amerika (CIA). 

Sejumlah tentara non-muslim membantu dengan mengorganisir militer Arab Saudi dan menyusun rencana pengepungan dari sebuah hotel di Kota Thaif.

Hasilnya, tim harus menggali lubang di sekitar Masjidil Haram sedalam 50 meter hingga mencapai ruang bawah tanah. Di ruang itu, tentara akan mengisinya dengan gas air mata dan granat. 

Aksi baku tembak dalam upaya merebut kembali Masjidil Haram berlangsung dalam dua pekan. Saat itulah kelompok pemberontak mulai kehabisan amunisi dan makanan hingga akhirnya Juhaiman dan 63 orang pasukannya akhirnya menyerahkan diri.

Semua pelaku akhirnya dihukum pancung. Selain itu, semua anak keturunan Juhaiman diawasi ketat sampai sekarang.***

Editor : Dian Burhani

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network