Filosofi dan Makna Melaspas, Tradisi Ritual di Bali yang Masih Dilestarikan untuk Kebaikan 

Asarela Astrid
Salah satu rangkaian upacara melaspas, tradisi ritual di Bali yang masih dilestarikan untuk kebaikan (Foto : Tangkapan layar IG @bm_cokibah)

BADUNG, iNewsbadung.id - Melaspas, tradisi ritual di Bali yang masih dilestarikan untuk kebaikan ini merupakan ritual turun temurun

Sebagai sebuah upacara, masyarakat Bali terutama umat Hindu sangat menjaga dan menghormati tradisi ritual ini. 

Bagaimana filosofi dan makna Melaspas, tradisi ritual di Bali yang masih dilestarikan untuk kebaikan ini, berikut catatan iNewsbadung.id, dihimpun dari laman desaabiansemal.badungkab.go.id. 

1. Keselamatan 

Ritual ini memiliki makna memberikan perlindungan, serta keselamatan pada bangunan yang akan ditempati, sehingga terhindar dari hal negatif yang berniat tidak baik. 

2. Ritual Wajib 

Melaspas adalah ritual wajib setelah masyarakat menyelesaikan membangun rumah, karena bangunan dianggap belum layak ditempati, jika belum melakukan Melaspas.

3. Menyucikan 

Tradisi ini memiliki tujuan yaitu membersihkan dan menyucikan benda atau bangunan baru secara niskala sebelum bangunan ditempati. 

3. Terciptanya Ketenangan 

Tujuan lain digelar upacara tradisi ritual ini yakni agar tercipta ketenangan dan kedamaian anggota keluarga di rumah tersebut, sehingga terhindar dari hal-hal tidak diiginkan. 

4. Unsur Berbeda 

Terdiri dari dua suku kata, yaitu Melas (pisah) dan Pas (cocok), melaspas berarti sebuah bangunan terdiri dari unsur berbeda, yakni ada kayu, tanah (bata) dan batu, setalah disatukan terbentuklah bangunan layak (cocok) untuk ditempati.

5. Beberapa Tingkatan 

Dalam pelaksanaannya, upacara ini terdiri dari beberapa tingkatan sesuai kemampuan umat, yakni kanista, madya dan utama.

6. Sederhana sampai Besar 

Kanista adalah upacara sederhana, madya, upacara tergolong sedang dan utama adalah upacara yang dilakukan tergolong besar. 

7. Lakukan Macaru 

Sebelum melakukan melaspas, masyarakat terlebih dahulu menjalankan macaru, yakni mengundang (nedunang) bhutakala untuk memberikan labaan (sesajen), harapannya agar Bhutakala kembali ke tempat masing-masing, mengembalikan roh-roh yang tadinya mendiami bangunan. 

8. Dewa Rintangan 

Selanjutnya mengundang Dewa Ghana, yang diyakini sebagai Dewa Rintangan agar menghalangi hadirnya roh-roh pengganggu. 

9. Rangkaian Melaspas 

Rangkaian melaspas dimulai setelah macaru atau pacaruan selesai, yakni dengan mengucapkan orti atau simbol komunikasi pada mudra bangunan, sebagai permohonan pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. 

10. Memasang Ulap-ulap 

Langkah selanjutnya adalah memasang ulap ulap pada bangunan, dimana pemasangannya tergantung jenis bangunan, seperti ulap-ulap kertas yang ditulis dengan huruf rajahan. 

11. Tempat Suci 

Apabila tempat suci, maka dasar banguan digali lubang untuk menempatkan padagingan, namun apabila bangunan tersebut bangunan pokok atau utama, diisi dengan padagingan pada puncak dan madya bangunan, berupa padma dari emas. 

12. Daya Hidup 

Langkah berikut adalah pangurip urip, dimana arang bunga digoreskan pada setiap bangunan yang melambangkan Tri Murti, Brahmana, Wisnu, dan Iswara, berarti umat Hindu Bali percaya bahwa bangunan menpunyai daya hidup. 

13. Memberikan Sesajen

Rangkaian berikut adalah ngayaban banten ayaban dan ngayaban pras pamelaspas, didahului memberikan sesajen pada sanggah surya yang terbuat dari turus lumbung. 

14. Ngayaban Prabot

Ngayaban caru prabot ngeteg linggih menjadi langkah berikut, apabila yang dipelaspas adalah tempat suci (palinggih).

15. Dipuput Pemangku

Saat menjalankan melaspas, biasanya dilakukan oleh pemangku, namun untuk pura dipuput oleh sulinggih. 

16. Siku-siku 

Sarana lain yang sering ditemukan saat melaspas menggunakan siku-siku ditempelkan di dinding bangunan, agar bangunan memiliki sikut atau ukuran yang benar. 

17. Memiliki Keistimewaan 

Dipakainya siku-siku karena alat pertukangan ini memiliki keistimewaan, dimana bentuknya tidak lurus, tetapi bisa meluruskan bangunan.  

18. Menghindari Konflik 

Tujuan digunakannya siku-siku yakni agar bangunan beraturan, serta menghindari konflik akibat tanah yang lebih. 

19. Simbol Tapak Dara 

Selain memakai siku-siku, terkadang juga menggunakan simbol tapak dara, dimana merupakan simbol keseimbangan antara pawongan, palemahan, dan parahyangan, agar bangunan yang telah dipelaspas selalu seimbang, serta tidak mudah roboh. 

20. Dewa Pemelaspas 

Saat tradisi ritual ini berjalan, yang dipuja  adalah Dewa Pemelaspas, yakni Bhatara Bhagawan Biyasa, Dewa Pamakuh, serta Bhatara Bhagawan Siwakarma.

21. Pamakuh 

Selanjutnya adalah pamakuh berasal dari kata kukuh berarti kuat, dimana upacara ini untuk menguatkan bangunan secara niskala agar kokoh. 

Semoga pemahaman tentang filosofi dan makna melaspas, tradisi ritual di Bali yang masih dilestarikan untuk kebaikan ini bermanfaat bagi para pembaca. 

Nantikan filosofi dan makna sebuah tradisi lain dari Bali ataupun daerah lain di Indonesia. ***

Editor : Dian Burhani

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network