Mengungkap Makna Roti Buaya dalam Pernikahan Betawi 

Asarela Astrid
Makna roti buaya dalam pernikahan Betawi (Foto : Instagram @iinrina)

JAKARTA, iNewsbadung.id - Roti buaya, siapa yang tidak pernah mendengar, tentunya hampir semua orang tahu roti ini merupakan khas orang Betawi

Roti berbentuk buaya tidak asing dalam tradisi pernikahan orang Betawi, karena roti ini selalu ada untuk hantaran pernikahan. 

Roti buaya, tidak hanya lezat namun juga memiliki makna mendalam, dan inilah rangkuman iNewsbadung.id tentang roti buaya, dikutip dari dinaskebudayaan.jakarta.go.id.

1. Hukum Wajib 

Seorang pria lajang yang ingin menikahi gadis perawan dari keluarga Betawi, wajib hukumnya membawa hantaran sepasang roti buaya saat seserahan. 

2. Turun Temurun 

Tidak diketahui pasti sejak kapan tradisi ini ada di Betawi, namun seserahan berupa bentuk hewan reptil ini sudah menjadi budaya turun temurun. 

3. Suasana Jakarta 

Suasana Jakarta dahulu dipenuhi hutan dan rawa, dikelilingi 13 sungai, dimana buaya menjadi bintang yang sering dijumpai penduduk Betawi. 

4. Cerita Melegenda 

Bagi masyarakat Betawi, buaya adalah sebuah cerita melegenda, karena saat itu, orang Betawi meyakini bahwa ada sepasang buaya putih, pejantan dan betina, yakni Ki Srintil dan Ni Srintil. 

5. Penjaga Sungai 

Dua ekor buaya putih itu dipercaya sebagai penjaga beberapa sungai atau kali yang mengelilingi Jakarta seperti Kali Lebak Bulus, Kali Cideng, dan Kali Gunung Sahari. 

6. Penjaga Sumber Mata Air 

Ada juga keyakinan yang menganggap buaya adalah penjaga sumber mata air, sehingga legenda ini menginspirasi dijadikannya hewan reptil buaya sebagai salah satu barang dalam tradisi hantaran lamaran. 

7. Ukuran Roti 

Ukuran roti buaya tergantung dari kemampuan ekonomi calon pengantin pria, biasanya berkisar antara 50 - 70 cm. 

8. Jenis Kelamin 

Roti buaya yang dijadikan hantaran berjumlah dua buah, dengan ukuran berbeda, dimana ukuran roti buaya besar merupakan simbol calon mempelai laki-laki, sedangkan roti buaya ukuran agak kecil, adalah simbol calon mempelai perempuan.

9. Melestarikan Tradisi 

Roti buaya juga menjadi sarana masyarakat Betawi dalam melestarikan tradisi yang muncul dari cerita rakyat. 

10. Sumber Kehidupan

Hewan reptil buaya bermakna sebagai sumber kehidupan, serta wujud kepedulian orang Betawi terhadap lingkungan sekitar.

11. Penerus Kehidupan 

Sepasang roti buaya juga dimaknai sebagai dua orang yang akan membangun keluarga baru dan menjadi penerus kehidupan. 

12. Menjaga Adab 

Makna lain dari roti buaya adalah menunjukkan bahwa orang Betawi sangat menjaga adab, kepada orang lain dan lingkungan sekitar, salah satunya meyakini bahwa setiap tempat memiliki penunggu. 

13. Kesiapan 

Roti buaya juga dilambangkan sebagai calon pengantin yang telah siap menjadi pasangan suami istri. 

14. Simbol Kesabaran 

Makna lain adalah kesabaran, ibarat perilaku buaya yang selalu sabar menunggu mangsa. 

15. Menyatukan Karakter 

Filosofi lain roti buaya adalah sulitnya menyatukan dua karakter manusia untuk saling memahami, bersabar menjalani kehidupan rumah tangga. 

16. Simbol Kesetiaan 

Roti buaya juga mengandung makna kesetiaan, dimana seekor buaya jantan hanya menikahi satu betina sepanjang hidupnya.

17. Melindungi 

Perilaku buaya jantan juga sangat protektif melindungi buaya betina dari ancaman predator lain. 

18. Anyaman 

Awalnya hantaran berbentuk buaya tidak diwujudkan dalam bentuk roti, namun dibuat dari anyaman daun kelapa dan kayu, karena saat itu belum ada alat pembuatan roti. 

19. Tidak untuk Dimakan 

Ketika hantaran sudah diwujudkan dalam bentuk roti, namun bukan untuk dimakan, karena semakin keras roti tersebut akan semakin awet.

20. Disimpan 

Sesudah seserahan selesai, roti buaya itu akan ditempatkan di tengah ruangan acara resepsi nikah, dimana roti akan disimpan di atas lemari pakaian di kamar pengantin. 

21. Perlambang Awet 

Roti sengaja dibiarkan dimakan renik adalah perlambang serta harapan agar pernikahan awet hingga maut memisahkan.

22. Mubazir 

Dalam perkembangan, banyak pihak menilai jika roti yang disimpan akan mubazir, bahkan dalam Islam, sesuatu yang mubazir tidak disukai Allah dan RasulNya, sehingga bahan pembuatan roti buaya mengalami perubahan, dari rasa tawar menjadi manis.

23. Dibagi-bagi 

Roti buaya kini tidak lagi disimpan, namun dipotong-potong, dibagikan untuk para tamu, serta tetangga terutama anak perawan, agar sawab atau cepat menikah. ***

Editor : Dian Burhani

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network