Namun, pada abad Ke-20 pemerintahan Serambi Vatikan dibubarkan dan masuk ke dalam wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Selama 7 abad berdirinya kerajaan ini memiliki sejarah yang panjang yang berkaitan dengan bangsa bangsa Eropa.
Dilansir dari jurnal Universitas Indonesia yang berjudul Kerajaan Larantuka dan politik kolonial Belanda, dinamika politik lokal di kawasan Flores Timur, Kepulauan Solor dan Timor bahwa dalam mempertahankan kekuasaannya telah bersekutu dengan bangsa Eropa, yakni dengan bangsa Portugis.
Pada abad ke-17 hingga 18 Masehi, Serambi Vatikan telah melakukan sekutu dengan Portugis yang dipimpin oleh Kapitan Mayor.
Sosok ini berasal dari keluarga Portugis yang memiliki lawan pemerintahan di wilayah timur yakni bangsa Belanda. Namun setelah Portugis mengalami kekalahan dari Belanda, pada abad ke 19 kerajaan dipaksa oleh Portugis untuk menandatangani penyerahan wilayah Flores dan Kepulauan Solor Alor kepada bangsa Belanda.
Sebelum bersekutu dengan bangsa Portugis, Kerajaan Larantuka telah bersekutu dengan Belanda untuk melakukan sekutu dengan kerajaan muslim lokal yakni Kerajaan Lima Pantai.
Hal tersebut diakibatkan karena Kerajaan Larantuka melakukan perluasan kekuasaan mengarah kepada wilayah Kerajaan Islam, dan juga kerajaan melakukan penyebaran agama kristen.
Sehingga menimbulkan pertentangan. Serambi Vatikan ini selama menjadi kerajaan telah melakukan sekutu dengan berbagai bangsa Eropa dan berakhir ketika bersekutu dengan Portugis.
Setelah Portugis mengalami kekalahan oleh Belanda, Serambi Vatikan tunduk kepada pemerintahan Belanda.
Memasuki abad 20 Masehi, Serambi Vatikan berada dibawah kekuasaan Belanda, namun kerajaan boleh melakukan kebijakan otonomi daerah.
Pada tahun 1942 Belanda mengalami kekalahan oleh Jepang. Sehingga seluruh daerah kekuasaannya diambil alih oleh Jepang.
Oleh karena itu, Kerajaan Larantuka bergabung dengan wilayah NKRI yaitu NTT.
Editor : Dian Burhani
Artikel Terkait