Misteri Sejarah, Siapa Sebenarnya Sosok Perkasa Sumpah Palapa yang Terkenal

Amelia Ayu Aldira
Ilustrasi Mahapatih Gajah Mada yang hingga kini masih misteri (Foto: Ist)

BADUNG, Badung, iNews.id - Sejarah mencatat Gajah Mada merupakan sosok yang dikenal memiliki kontribusi besar terhadap kejayaan kerajaan Majapahit. Sosok patih perkasa yang setia kepada tahta Majapahit untuk menjaga keutuhan dan melebarkan pengaruh kerajaan. Gajah Mada dikenal dengan Jirnnodhara, panglima perang dan Mahapatih yang merupakan tokoh paling berpengaruh pada saat kerajaan Majapahit.

Sayang tidak banyak literasi terkait sosok Gajah Mada banyak yang belum mengetahuinya. Gajah Mada dikenal sosok patih perkasa yang setia kepada tahta Majapahit untuk menjaga keutuhan dan melebarkan pengaruh kerajaan.

Namanya baru saja muncul dalam daftar pengawal elite Keraton Majapahit yang disusun oleh Raja Jayanegara dan Dara Petak, putra Raden Wijaya. Kemungkinan Gajah Mada berasal dari kelas biasa dan orang tuanya berasal dari kasta Sudra. Dia menolak untuk mengungkapkan asal-usulnya, hanya mengatakan dia mengarungi lautan, pindah dari pelabuhan ke pelabuhan dan akhirnya menjadi anggota pengawal kerajaan.

Pemberontakan Kuti

Sebagai pengawal elite kerajaan Majapahit, Gajah Mada berperan penting dalam melawan pemberontakan Kuti yang mengancam nyawa Jayanagara. Kuti merupakan salah satu bangsawan yang menjadi pengawal kehormatan kerajaan. 

Namun, tiba-tiba Kuti berniat menggulingkan raja dan menduduki kerajaan selama beberapa hari. Raja Jayanegara berhasil melarikan diri ke desa Badander dikawal pasukan Bhayangkara yang dipimpin oleh Gajah Mada. 

Saat Raja Jayanegara melarikan diri, Gajah Mada bekerja sama dengan beberapa pejabat tinggi sipil dan militer kerajaan untuk melawan pemberontakan Kuti. Karier Gajah Mada menanjak dengan cepat setelah pemberontakan berakhir.  Dia dipromosikan menjadi Panglima Pengawal Istana kemudian menjadi Mahapatih Provinsi Kahuripan.

Kematian Jayanagara

Kisahnya memiliki beberapa versi sejarah siapa sebenarnya di balik pembunuh Jayanagara dan motifnya. Ada yang menyebutkan, Jayanagara dilanda rasa takut kehilangan takhtanya sehingga melarang kedua adiknya, yaitu Dyah Gitarja (Tribhuwana Tunggadewi) dan Dyah Wiyat (Rajadewi Maharajasa) menikah karena khawatir iparnya bisa menjadi saingan. 

Bahkan muncul desas-desus jika kedua putri yang lahir dari Gayatri akan dinikahi oleh Jayanagara. Desas-desus itu disampaikan Ra Tanca kepada Gajah Mada yang saat itu sudah menjadi abdi kesayangan Jayanagara. 

Ra Tanca juga menceritakan tentang istrinya yang diganggu oleh Jayanagara. Namun Gajah Mada seolah tidak peduli pada laporan tersebut dan tidak mengambil tindakan apa-apa.  Tanca pun menunggu kesempatan yang baik. Kebetulan Raja Jayanagara menderita bisul kemudian meminta Tanca untuk membedahnya. 

Momen ini kemudian dimanfaatkan oleh Tanca untuk membunuhnya di tempat tidur. Ada juga yang menyebutkan, istri Tanca menyebarkan berita dia dicabuli Jayanagara. 
Mendengar itu, Gajah Mada malah balik menuduh dan mengadukan Tanca menebarkan fitna

Kisah lain menyebutkan, justru Gajah Mada yang menjadi otak pembunuhan tersebut. Konon isu Raja Jayanagara mencabuli istri Ra Tanca merupakan siasat dari Gajah Mada. Ra Tanca hanya diperalat oleh Gajah Mada untuk membunuh Jayanagara. 

Kisah lainnya juga menyebutkan, Gajah Mada yang pada hakikatnya tidak suka pada sikap Jayanagara, menggunakan Tanca sebagai alat untuk memusnahkannya. Untuk menutupi perbuatannya, dia segera membunuh Tanca tanpa proses pengadilan.

 Ada juga yang menyebutkan, Tanca terus-menerus merasa tak senang pada raja atas kejadian yang menimpa Kuti, kawan Tanca sesama dharmaputera. Dia menulis, awal sengketa berasal dari mulut seorang perempuan, yaitu istri Darmaputera Ra Tanca. 

Istri ini mengeluarkan perkataan, dia mendapat gangguan dari Sang Prabu. Kabar angin menimbulkan kegemparan dalam keraton dan di pusat pemerintahahan. Gajah Mada kemudian memeriksa Tanca. Namun, waktu pemeriksaan berjalan, Jayanagara sakit dan meminta Tanca membedah bisulnya. Kesempatan itu digunakan Tanca untuk melepaskan dendamnya membunuh raja. 

Di belakang lakon yang menyedihkan hati ini, terbayang pula suatu tuduhan kepada Gajah Mada, dialah yang mendorong Ra Tanca untuk mebunuh Jayanagara karena kabarnya Sang Prabu salah lihat dan salah raba kepada istri Gajah Mada yang teguh setia itu. 

Namun, tuduhan ini tak beralasan dan berlawanan dengan kesetian hatinya kepada Seri Mahkota. Kisah lainnya, menyebutkan, kematian jayanegara disebabkan karena meminum racun yang dibuat oleh tabib Ra Tanca dan pembantunya. Hal itu dilakukan sang tabib karena adanya hasutan dari para pemberontak.

Sumpah Amukti Palapa

Setelah kematian Jayanagara, Tribhuwanatunggadewi naik takhta dan menjadi ratu Majapahit. Ketika Tribwana naik takhta, kedudukan Mahapatih masih berada di bawah kendali Arya Tadah. 

Namun, dia sudah tua dan sakit, kemudian meminta Gajah Mada untuk menggantikannya. Gajah Mada menolak permintaan tersebut karena dia jauh dari sempurna dan membutuhkan bimbingan dari atasannya.

Pada 1334, Gajah Mada diangkat menjadi Mahapatih Majapahit. Karyanya terkenal, pada pertemuan besar pertamanya saat itu ratu tidak hadir, dia mengambil sumpah yang dikenal sebagai Sumpah Palapa

Sumpah itu berarti dia tidak akan bisa bersantai dan menikmati hidup sampai berhasil menyatukan seluruh nusantara dari Maluku sampai Lombok dan seluruh pulau Jawa termasuk Bali, Sunda, Palembang dan Tumasik. Saat itu, semua orang menertawakan sumpahnya. 

Sumpah palapa ini dipengaruhi oleh raja Singasari terakhir, yaitu Kartanegara yang pernah mencoba kebijakan Dwipantara bertujuan untuk menguasai seluruh nusantara. Namun, itu tidak tercapai karena kematiannya di tangan Jayakatwang. 

Akhirnya Gajah Mada berhasil memenuhi sumpahnya. Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, seluruh wilayah Palapa tunduk pada Majapahit. Wilayah kekuasaan dan wilayah kekuasaan Majapahit tercatat dalam Nagarakretagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca.

Perang Bubat  

Raja Hayam Wuruk naik tahta pada usia 16 tahun. Pada usia 20 tahun dia harus menemukan seorang permaisuri. Pilihannya jatuh pada putri Sunda bernama Dyah Pitaloka Citraresmi, putri Kerajaan Sunda. 

Permintaan itu segera dikirim oleh utusan Majapahit dan raja Sunda dengan senang hati menerimanya. Akhirnya, raja sunda pergi ke Majapahit bersama putrinya. Sebanyak 200 kapal besar dan lebih dari 1.500 perahu kecil menemani mereka. Hayam Wuruk berjanji akan secara pribadi menyambut kedatangan permaisuri masa depan. Gajah Mada tidak setuju karena dia menganggap Kerajaan Sunda sebagai kerajaan bawahan dari Majapahit.  Raja Sunda tidak terima dan tersinggung dengan hinaan tersebut. 

Dia mengatakan hanya ada dua pilihan, pulang atau pergi berperang. Perang tak terduga pecah, membunuh Raja Sunda dan pengawal kerajaan serta istri dan Putri Dyah Pitaloka bunuh diri. Peristiwa tersebut dikenal sebagai Perang Bubat yang terjadi pada 1357.

Akhir dari Gajah Mada

Karier Gajah Mada sebagai Mahapatih menurun tajam setelah Perang Bubat. Kejadian ini membawa titik hitam pada kariernya sebagai Mahapatih. Hayam Wuruk mendengar kabar tentang Gajah Mada setelah Gajah Mada kembali dari Simping dan melakukan upacara Sraddha. 

Diketahui Gajah Mada sedang sakit keras dan segala upaya telah dilakukan untuk menyembuhkannya. Namun nasib berkata lain, pada 1364 Gajah Mada meninggal.  Jabatan Mahapatih Majapahit tidak pernah terisi setelah Gajah Mada pergi. Raja dan pejabatnya berpikir, tidak ada yang bisa menggantikannya. Sebagai gantinya, raja menunjuk beberapa Mahamantri Agung untuk membantu mengelola kerajaan. 

Nah, itu asal-usul Gajah Mada yang masih menjadi misteri di berbagai Nusantara. 

 

Berita ini sebelumya telah tayang iNewsjatim dengan judul "Asal Usul Gajah Mada"

Editor : Dian Burhani

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network