BADUNG, iNews.id - Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Indramayu, Dedi Aryanto mengatakan, imbas dari naiknya harga BBM bersubsidi jenis solar yang sebelumnya Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800 per liter membuat biaya melaut semakin tinggi.
Karena kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) maka para nelayan di Indramayu enggan melaut.
"Solar merupak bahan bakar utama kapal pencari ikan bagi para nelayan, sehingga berpotensi 85 Persen nelayan kecil di Kabupaten Indramayu enggan melaut," papar dia, kepada MNC Portal Indonesia (MPI), Rabu (7/9/2022).
Dedi Aryanto mengungkapkan rasa prihatin atas adanya kebijakan kenaikan harga BBM solar tersebut.
Oleh sebab itu, dia meminta agar pemerintah segera membatalkan kenaikan harga BBM khususnya solar untuk nelayan, karena 80 persen biaya melaut adalah dari BBM.
"Saat ini kondisi para nelayan sedang paceklik (musim kekurangan). Saat BBM belum naik saja untuk mendapatkan Rp50.000 perhari mereka sulit, apalagi dengan naiknya harga BBM," ungkap dia.
Dedi Aryanto menyampaikan, bahwa di Kabupaten Indramayu sistem bagi hasil antara pemilik dan ABK adalah 50:50 setelah dipotong biaya melaut, akibatnya pendapatan nelayan pun semakin berkurang. Hal itu lah yang menyebabkan banyak perahu yang berlayar namun pada akhirnya tidak bisa menutup biaya melaut.
Editor : Dian Burhani
Artikel Terkait