Misi Katolik yang disebarkan di Surakarta menunjukkan hasil cukup baik, dimana mereka berhasil menarik 59 orang menjadi umat Katolik. Kendati begitu, pencapaian ini belum bisa dikatakan sempurna, karena sampai pembaptisan berlangsung Surakarta masih belum menjadi stasi (istilah wilayah dalam Gereja Katolik) yang tetap.
Sebelum tahun 1859 Gereja Katolik Surakarta dilayani langsung dari Semarang. Orang Surakarta pertama yang dibaptis adalah Anna Catharina Weynschenk (14 November 1812) dan Georgius Weynschenk (24 November 1813).
Pada hari itu ada 59 orang dibaptis. Kemudian pada tahun 1859 stasi Ambarawa didirikan, meliputi daerah Salatiga, Ambarawa, Surakarta, dan Madiun.
Barulah pada 1896, Ambarawa resmi menjadi Paroki sehingga Surakarta secara tidak langsung menjadi stasi yang masuk dalam Paroki Ambarawa.
Setelah itu, pada 1905, seorang pastor yang bertugas di Paroki Ambarawa bernama Pastor Stiphout SJ mengusulkan pendirian Pastoran di Surakarta.
Proses pembangunan Gereja St. Antonius Purbayan sendiri telah dimulai sejak 29 Oktober 1905. Dana untuk membangun gereja tersebut diperoleh dari penjualan undian berhadiah yang diadakan Pastor Stiphout. Hasil pembelian undian kemudian dikumpulkan guna melanjutkan proses pembangunan Gereja Purbayan.
Tidak disangka, usaha yang dilakukan Pastor Stiphout membuahkan hasil sangat baik sehingga untuk pertama kalinya misa suci pertama bisa diadakan di Pastoran pada 22 Desember 1907.
Selain undian, Pastor Stiphout juga mengirim surat ke Belanda guna mendapatkan dana bantuan. Pada akhirnya, Gereja St. Antonius Purbayan berhasil didirikan pada November 1916. Pastor Stiphout pun menjadi pastor pertama yang mendiami Paroki Purbayan.
Editor : Asarela Astrid